PT Wijaya Karya (Persero) Tbk tak terlalu terpengaruh oleh pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Bahkan, WIKA?malah meraup surplus sebesar US$3?juta dari proyek-proyek yang?mereka garap di luar negeri.
Direktur Utama WIKA, Tumiyana, mengatakan perseroan dipercaya untuk membangun sejumlah proyek di?ASEAN dan Afrika seperti Clarin Bridge di Filipina, Limbang Bridge di Malaysia, 1.400 unit rumah di Aljazair,?dan Kompleks Istana Kepresidenan di Nigeria. Saat ini WIKA tengah meningkatkan portofolio di Filipina karena bisa mencetak net margin?sebesar 12% sampai dengan 15%.
"Kalau proyek di dalam negeri kami hanya mendapat net margin sebesar 3%,"?katanya dalam pertemuan dengan para pemimpin redaksi yang digelar di Jakarta, belum lama ini.
Tumiyana menjelaskan strategi perseroan menggarap proyek-proyek di luar negeri untuk melakukan?hedging (lindung nilai) secara natural. Dengan menggarap proyek di luar negeri, WIKA mampu meraih pendapatan dalam bentuk dolar AS.
"Kalau hedging yang konvensional itu mahal biayanya," ujarnya.
Sebelumnya, beberapa perusahaan konstruksi dikhawatirkan menderita dampak negatif dari pelemahan nilai tukar rupiah. Hal itu karena banyak?perusahaan konstruksi melakukan impor bahan baku. Pemerintah Indonesia sendiri?dikabarkan tengah?merencanakan?penundaan sejumlah proyek infrastruktur untuk membatasi impor bahan baku sekaligus memperkuat nilai tukar rupiah.
Reportase: Muhamad Ihsan
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: