Perusahaan teknologi medis China yang terdaftar di Shanghai, Wuxi AppTec menantang pasar yang tengah lemah dan menguji sentimen investor setelah memiliki performa Initial Public Offering (IPO) yang buruk. Wuxi AppTec siap melantai di Bursa Efek Hongkong agar mendapatkan dana sekitar US$1,06 miliar, setara dengan Rp15 triliun.
Melansir Reuters pada Rabu (28/11/2018), WuXi melakukan pencatatan IPO setelah perusahaan lain mundur karena ketidakpastian pasar. Contoh perusahaan yang menunda pencatatan, antara lain Babytree Group dan Tongcheng-Elong.
Dua sumber yang memahami hal itu berpendapat, "Mundurnya perusahaan lain dari pencatatan IPO membuat harapan WuXi untuk mengumpulkan antara US$954 juta hingga US$1,06 miliar menjadi mungkin."
WuXi menargetkan dana sejumlah 116,47 juta saham dengan kisaran harga HK$64,1 sampai HK$71,5 (sekitar Rp118 ribu-Rp132 ribu) dengan diskon antara 19% hingga 27% ke harga penutupan ?78,36 (sekitar Rp163 ribu). Bahkan, perusahaan teknologi medis itu dapat memperoleh hingga US$1,2 miliar (sekitar Rp174 triliun) bila opsi over-allotment direalisasikan. Opsi tersebut memungkinkan adanya penjualan saham tambahan lewat IPO.
Berbasis di Shanghai, WuXi mengklaim dirinya sebagai platform layanan riset dan pengembangan global terbesar di Asia, berdasarkan pendapatan mereka. WuXi menyediakan layanan penelitian dan manufaktur serta layanan pengujian untuk peralatan medis.
Dilansir dari Reuters, pada semester pertama 2018, WuXi memperoleh pendapatan sebesar ?4,41 miliar (sekitar Rp9,1 triliun). Para periode yang sama tahun lalu, pendapatan mereka hanya sekitar ?3,67 miliar (sekitar Rp7,6 triliun). Bahkan, laba mereka meningkat pesat sebesar 67% menjadi ?1,3 miliar pada semester pertama tahun ini.
Rencananya, hasil IPO yang didapatlan WuXi akan digunakan untuk memperluas kapasitas semua unit bisnisnya secara global, berinvestasi dalam?tujuh proyek Cina, seperti pembangunan riset dan pengembangan kampus di Chengdu, serta mendirikan laboratorium bioanalitik di San Diego, California. Selain itu, mereka juga bermaksud mendanai proses akuisisi perusahaan riset dan pengembangan.
Pasar yang Mengalami Ketidakpastian
Hongkong sedang dalam tahapan menjadi pusat IPO teratas dunia, dinilai dari jumlah volume dana yang terhimpun selama 2018. Berdasarkan data refinitif, volume tersebut telah meningkat sebesar US$33,2 miliar (sekitar Rp480 triliun).
Namun, sebagian besar transaksi telah menurun di bawah harga IPO yang ditargetkan karena perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat yang kian memburuk. Perang dagang itu bahkan memperlambat pertumbuhan Cina dan mengguncang pasar global.
Perusahaan pengiriman makanan dan pembelian tiket milik Cina, Meituan Dianping berhasil mendapatkan US$4,2 miliar dalam IPO September, sebuah pencapaian besar di perusahaan berbasis internet selama?empat tahun. Namun, sahamnya telah merosot lebih dari 30%.
Selain Meituan Dianping, perusahaan pembuat smartphone, Xiaomi juga mengalami penurunan saham sebesar 14,5% setelah pencatatan IPO pada Juli lalu. Indeks patokan Hingkong juga jatuh sejumlah 11% pada tahun ini.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Tanayastri Dini Isna
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: