Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indef Cium Motif Rente Ekonomi di Impor Bawang Putih

        Indef Cium Motif Rente Ekonomi di Impor Bawang Putih Kredit Foto: Antara/Oky Lukmansyaha
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kebijakan pemerintah mengistimewakan Bulog untuk mengimpor bawang putih tanpa kewajiban menanam 5% dari total volume impor dipandang hanya akan menimbulkan rente komoditas ini semakin besar. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai hal ini juga bertendensi melanggar persaingan usaha.

        Alih-alih bisa menstabilkan harga, hak konsumen untuk mendapatkan harga bawang putih lebih murah pun dipertaruhkan.

        "Bawang putih itu apa harus semua diurusi pemerintah? Saya justru curiga kalau itu dilakukan pemerintah hanya motif rente-rente ekonomi," kata peneliti Indef, Sugiyono Madelan melalui keterangan tertulisnya, Senin (25/3/2019).

        Baca Juga: Duh, Impor Bawang Putih Bisa Ganggu Persaingan Usaha

        Ia pun terang tidak setuju akan diskresi terhadap BUMN secara umum, maupun Bulog secara khusus. Perlakuan istimewa terhadap BUMN membuat persaingan usaha menjadi rusak karena menepiskan kesempatan untuk mencari keunggulan komparatif dan kompetitif dari suatu komoditas atau produk.

        Pasalnya, kedua keunggulan tersebut baru bisa diperoleh apabila terjadi persaingan usaha yang sehat. Apabila BUMN semacam Bulog juga diberi perlakuan spesial, produk yang bagus dari luar akan terhambat untuk masuk ke dalam negeri.

        Hambatan ini dikarenakan jatah untuk swasta bersaing menjadi berkurang. Sebaliknya, hal ini bisa menguntungkan pihak tertentu, jika kemudian Bulog menggamit pihak lain sebagai perpanjangan tangan.

        "Nanti kan swasta yang tidak leluasa mendapatkan impor, kan belinya juga dari Bulog. Termasuk yang dulu-dulu kan juga begitu," ulas akademisi dari Universitas Mercubuana ini.

        Sugiyono pun mengingatkan diskresi kepada Bulog ini sangat bisa mendapatkan protes keras dari dunia internasional. Pasalnya, hal yang sama pernah terjadi. Jelang reformasi, Bulog sempat mengurusi berbagai impor komoditas. World Trade Organization (WTO) pun melakukan protes keras sehingga ujungnya Bulog hanya ditugasi mengurusi komoditas-komoditas penting untuk hajat hidup orang banyak, seperti beras dan gula.

        Baca Juga: Penugasan Bulog Jadi Importir Bawang Putih Dinilai Munculkan Persaingan Tak Sehat

        Sementara itu, berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga bawang putih memang bervariasi. Di beberapa daerah, harga bawang putih sudah menembus Rp40 ribu ke atas. Namun, di kawasan Barat Indonesia, harga komoditas yang satu ini masih berkisar Rp24-30 ribuan.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: