Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bos Telegram: WhatsApp Tak Akan Pernah Aman, Asal...

        Bos Telegram: WhatsApp Tak Akan Pernah Aman, Asal... Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pavel Durov selaku pendiri Telegram mengungkapkan pemikirannya tentang celah keamanan pada WhatsApp. Menurutnya, celah keamanan spyware yang terjadi pada WhatsApp, bisa membuat semua yang ada di dalam ponsel, termasuk foto, email, dan teks diakses oleh hacker.

        Ungkapan tersebut ia beberkan di tulisan blog Telegram dengan judul Why WhatsApp Will Never Be Secure. Sebelumnya, WhatsApp memang disusupi?spyware yang dibuat oleh perusahaan asal Israel, NSO Group.

        Baca Juga: WhatsApp Mengalami Perlambatan, Ini Alasan Menkominfo

        Hacker?menyebarkan?spyware?melalui panggilan telepon?WhatsApp, bahkan tetap bisa dilakukan jika pengguna tidak menjawab panggilan tersebut.

        "WhatsApp memiliki sejarah yang konsisten, dari?nol enkripsi di awal hingga berhasil hingga suksesi masalah keamanan, yang anehnya cocok untuk keperluan pengawasan. Menengok ke belakang, belum ada satu hari dalam 10 tahun perjalanan WhatsApp ketika layanan tersebut aman," jelasnya.

        Ia juga menuliskan, "Setiap kali?WhatsApp mengatasi kerentanan kritis dalam aplikasi mereka, muncul yang baru. Semua masalah kemanan mereka cocok untuk pengawasan, serta terlihat dan bekerja sangat mirip dengan?backdoor.?

        Baca Juga: Tangkal Hoaks, WhatsApp Tambahkan Fitur Baru

        Durov meyakini, aplikasi pesan WhatsApp tidak akan pernah aman kecuali secara mendasar mengubah cara kerjanya.

        "Agar WhatsApp menjadi layanan yang berorientasi pada privasi, harus berisiko kehilangan seluruh pasar dan bentrok dengan pihak berwenang di negara asal mereka. Namun, WhatsApp tidak siap untuk itu," ungkapnya.

        Durov sendiri selama ini dikenal sangat menjaga keamanan data para pengguna layanannya. Komitmennya ini membuat Telegram dikritik berbagai negara, termasuk Rusia dan Iran, karena menolak tekanan untuk melemahkan keamanannya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Clara Aprilia Sukandar
        Editor: Clara Aprilia Sukandar

        Bagikan Artikel: