Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Batasi Kepemilikan Saham SoftBank, Pendiri OYO Lakukan Hal Ini

        Batasi Kepemilikan Saham SoftBank, Pendiri OYO Lakukan Hal Ini Kredit Foto: OYO Hotels
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pendiri dan investor minoritas terbesar di OYO Hotels and Homes membatasi kepemilikan saham perusahaan konglomerasi Jepang, SoftBank terhadap OYO agar tak melebihi 50%. Klausul itu sudah dimuat dalam pedoman pelaksanaan kerja perusahaan.

        Menurut laporan DealStreetAsia (8/7/2019), SoftBank memiliki sekitar 46% saham di OYO, perusahaan rintisan yang dibangun oleh Ritesh Agarwal. Investor kunci lain dari OYO meliputi: Lightspeed Venture Partners (13,4%), Sequoia Capital (10,3%), Ritesh Agarwal (9,4%), Greenoaks (5,8%), dan lainnya (5,3%), menurut data dari Times of India (ToI).

        Baca Juga: Kelola Hampir 20.000 Kamar, OYO Siap Jadi Jaringan Hotel Nomor Satu di Indonesia

        Klausul yang disebut "SoftBank Standstill Obligation" itu diperkenalkan di Anggaran Dasar OYO ketika perusahaan menerima suntikan dana senilai US$250 juta, dipimpin oleh SoftBank pada akhir 2017.

        Perkembangan itu telah dilaporkan saat OYO berupaya menghimpun modal segar sebesar US$1 miliar dari investor baru dan US$10 miliar dari investor-investor sebelumnya. Setidak-tidaknya, SoftBank sudah menyuntikkan sekitar US$1 miliar kepada OYO pada tahun ini.

        Perubahan klausa perusahaan juga pernah dilakukan oleh pendiri perusahaan berbagi tumpangan (ride-hailing) Ola dua tahun lalu, guna mencegah SoftBank menjadi pemegang saham utama di perusahaan. Klausul itu juga membatasi pembelian saham SoftBank terhadap pemegang perusahaan lain, termasuk perusahaan investasi New York Tiger Global.

        Baca Juga: Miliki 500.000 Kamar, OYO Jadi Jaringan Hotel Terbesar di China

        Kembali pada OYO, perusahaan itu telah memperluas bisnis secara agresif ke pasar global. Saat ini, OYO telah memiliki 720 hotel (beroperasi) dan 1.082 (proses transformasi) di 80 kota dan akan diperluas hingga mencapai 100 kota Indonesia hingga akhir 2019.

        Pertumbuhan itu tergolong signifikan, mengingat saat masuk ke Indonesia pada Oktober 2018, ekosistem bisnis OYO baru 30 hotel yang tersebar di Jakarta, Palembang, dan Surabaya.

        Belum lama ini, OYO berencana menanamkan modal US$50 juta di Vietnam demi menggarap pasar di negeri itu. Di Vietnam, startup itu telah mengoperasikan 90 hotel dengan 1.500 kamar.

        Baca Juga: Perkuat Bisnis di Amerika Serikat, OYO Gelontorkan Modal Hingga...

        Saat ini, layanannya sudah tersedia di 6 kota besar, meliputi: Hanoi, Ho Chi Minh City, Da Nang, Phu Quoc, Vung Tau, dan Nha Trang. Jangkauan layanan ditargetkan meluas hingga mencapai 20 kota pada akhir 2020 dengan capaian 20 ribu.

        Selain Indonesia dan Vietnam, OYO juga mengumumkan investasi US$50 juta untuk masuk ke pasar Filipina pada awal tahun ini. Secara global, OYO telah hadir di 800 kota dari 80 negara, termasuk Amerika Serikat, China, Eropa, Inggris, Malaysia, Timur Tengah, Indonesia, dan Jepang. Menurut perusahaan, India dan China merupakan pasar terbesarnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tanayastri Dini Isna
        Editor: Kumairoh

        Bagikan Artikel: