Jawab Rektor UGM, KSP: Rektor Internasional Bukan Soal Warna Kulitnya, tapi Kualifikasi
Deputi II Kantor Staf Presiden (KSP) Yanuar Nugroho menjelaskan wacana soal perekrutan rektor asing sebenarnya berkaitan dengan kualifikasinya berskala internasional, bukan kewarganegaraannya.
Baca Juga: Mengadu ke JK, Rektor UGM: Rektor Asing Bukan Jaminan
"Sebenarnya ini persolannya bukan antara orang asing atau orang kita. Tetapi, rektor dengan kualitas dan kualifikasi internasional," katanya, di Jakarta, Kamis.
Ia menjelaskan wacana rektor asing adalah membangun ekosistem pimpinan dan pengajar dengan kualifikasi internasional, misalnya terakreditasi Indonesia Accreditation Board for Engineering Education (IABEE).
Intinya, kata dia, berkualitas internasional sehingga kualitas, SDM, pendanaan, dan ekosistem pendidikan tinggi di Indonesia akan semakin membaik.
"Nanti, area yang harus dipertajam di situ. Kualifikasinya seperti apa? Jadi, tidak mengatakan nomor satu warga negara asing. Tetapi, kualifikasi internasional. WNA boleh mengajukan diri, WNI boleh juga mengajukan diri," katanya.
Mengenai ada kritik dari sejumlah rektor perguruan tinggi negeri, itu mengakui kritikan itu muncul karena pemahaman rektornya harus asing. "Dan karena asing, mendapatkan perlakuan istimewa, bukan seperti orang Indonesia. Jadi saya tutup debatnya, kualifikasi internasional," katanya.
Menurut dia, sudah saatnya Indonesia sebagai negara besar dengan kampus-kampusnya yang bagus harus masuk ke taraf internasional.
"Siapapun yang memimpin, kulitnya putih, kuning, sawo matang, atau atau apalah terserah. Pokoknya, kualifikasi internasional," katanya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Ferry Hidayat
Tag Terkait: