Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ashanty Didiagnosa Terkena Autoimun, Penyakit Apa Itu?

        Ashanty Didiagnosa Terkena Autoimun, Penyakit Apa Itu? Kredit Foto: (Foto : @ashanty_ash/Instagram)
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ashanty membeberkan jika dirinya mengidap penyakit autoimun. Kabar ini ia umumkan melalui unggahan foto di akun instagram pribadinya.

        "Hari ini niat mau nganter mas Anang DSA (check up detail kepala, jantung dll). Tiba-tiba disuruh juga check up supaya sehat dan ternyata yang selama ini selalu aku keluhkan ketahuan," tulis Ashanty pada keterangan foto.

        Ia menyebut jika selama ini ia memang sering merasakan beberapa gejala penyakit seperti susah tidur, mudah stres, mudah lupa, hingga mudah khawatir.?

        "Diagnosa awal kaget banget, aku kena ?auto immune? sesuatu yang nggak pernah saya bayangkan, dengarnya aja seram," tambahnya.

        Baca Juga: Konsumsi Makanan Bervitamin Ini Mampu Cegah Kanker Kulit

        Lalu apa sebenarnya penyakit autoimun yang diderita oleh istri Anang Hermansyah itu? Penyakit autoimun memang masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Penyakit ini memang baru mencuat dalam 1 dekade terakhir di Indonesia. Padahal, penderita penyakit autoimun di dalam negeri cukup banyak dan memerulkan perhatian khusus dari berbagai pihak.

        Penyakit ini biasanya berlangsung lama sampai para penderita atau disebut dengan odamun (orang dengan autoimun) akan membawa penyakit tersebut seumur hidupnya, baik dalam keadaan penyakit yang aktif maupun terkontrol dalam pemantauan. Karenanya, dalam beberapa kasus penyakit autoimun dapat kambuh kapan pun dan dampaknya sangat besar bagi kehidupan para penderita.

        Pada perkembangannya, penyakit autoimun belum dapat diketahui penyebabnya secara pasti, sehingga belum dapat disembuhkan. Menurut Dr. dr Iris Rengganis, SpPD-KAI, dokter spesialis penyakit dalam dan ahli di bidang Autoimun, ada sejumlah faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit autoimun seperti dialami Ashanty.

        ?Pertama, bisa karena faktor genetika atau faktor keturunan. Kemudian faktor lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat, faktor hormonal, serta infeksi. Beberapa penyakit autoimun dipicu atau diperburuk oleh infeksi tertentu,? tutur Iris Rengganis, saat ditemui Okezone beberapa waktu lalu.

        Iris menuturkan, jenis kelamin juga berpengaruh dalam memicu timbulnya penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh itu. Perempuan dinilai sangat rentan terkena autoimun karena menurut penelitian, kekurangan vitamin D di Indonesia umumnya terjadi pada kaum wanita.

        Baca Juga: Idap Penyakit Kanker dan Alami Kebotakan, Ria Irawan Banjir Doa dari Warganet

        (Foto : Ilustrasi)

        Setidaknya sekitar 50% wanita Indonesia dengan rentan umur 45-55 tahun diklaim mengalami kekurangan vitamin D. Sementara pada rentan usia 18-40 tahun, angkanya terbilang tinggi hingga mencapai 63%. Secara umum, penyakit autoimun terbagi dua yaitu, penyakit autoimun sistemik dan spesifik organ. Penyakit autoimun sistemik berarti penyakit dapat menyerang seluruh tubuh atau organ dan jaringan, contohnya penyakit Lupus Eritematosus Sistemik (systemic lupus erythematosus/SLE), artitis rheumatoid (RA), dan sindrom sjogren.

        Sementara penyakit autoimun spesifik organ berarti berarti penyakit meneyerang satu organ tertentu, contohnya Grave?s Disease dan Hasimoto?s Disease (menyerang kelenjar gondok/tiroid) atau Addison?s Disease (menyerang kelenjar anak ginjal/adrenaline).

        Di Indonesia sendiri, penyakit autoimun yang paling sering ditemukan adalah Systemic Lupus Erythematosus (SLE) dan artitis rheumatoid (RA) atau yang dikenal dengan istilah rematik. Namun kurangnya edukasi dan sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah serta lembaga terkait, membuat masyarakat awam kesulitan untuk mengetahui lebih rinci tentang bahaya dari penyakit tersebut.

        ?Masih ada kesalahan persepsi. Banyak yang menganggap bahwa kondisi tubuh yang cepat lelah dikaitkan sebagai penyakit musiman biasa. Padahal, bisa saja hal tersebut menjadi salah satu gejala penyakit autoimun atau lupus, sehingga diperlukan edukasi dan deteksi dini untuk meningkatkan kesadaran masyarakat," tukasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Abdul Halim Trian Fikri

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: