Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Karantina Pertanian melalui data automasi IQFAST di wilayah kerja Karantina Pertanian Cilegon mencatat tren peningkatan ekspor komoditas pertanian asal Banten.
Pertama, indikator ragam komoditas hingga September 2019 tercatat 23 jenis dibanding periode yang sama di 2018 hanya 15 jenis. Penambahan jenis komoditas masing-masing adalah akar pasak bumi, daun sirsak kering, kelor, gandung pellet, herbarium, gandum olahan, rumput laut, dan tepung terigu.
Indikator lainnya adalah jumlah eksportir, yang bertambah empat sehingga menjadi 16 eksportir dan negara tujuan ekspor menjadi 31 negara. Tambahan enam negara tersebut adalah Jepang, Afrika Selatan, Tonga, Irak, East Timor, dan Timor Leste.
Baca Juga: Lebih Menguntungkan, Kementan Dorong Sulut Tanam Jagung untuk Produksi
"Program Agro Gemilang yang telah dicanangkan pak Mentan di awal tahun ini mulai memetik hasil, salah satunya di Banten," kata Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil saat melakukan monitoring pemeriksaan karantina di gudang pemilik, PT Golden Green Mills, Cilegon, Rabu (9/10/2019).
Menurut Jamil, program Ayo Gerakan Ekspor komoditas pertanian oleh Generasi Milenial Bangsa yang digagas pihaknya ialah berupa bimbingan teknis bagi pelaku usaha di bidang agribisnis, khususnya kaum muda atau yang baru mulai memasuki pasar ekspor.
Seperti diketahui, di era perdagangan global saat ini, pemenuhan persyaratan teknis Sanitary and Phytosanitary (SPS) pada produk pertanian yang akan diekspor menjadi syarat mutlak. Untuk itu,? Barantan dengan tugas dan fungsi sebagai fasilitator perdagangan produk pertanian mengawal produk ekspor pertanian.
"Selaku otoritas karantina, kami menjadi penjamin kesehatan dan keamanan produk agar dapat diterima di negara tujuan ekspor," tambah Jamil.
Program ini dilakukan secara serentak di Unit Kerja Karantina Pertanian seluruh Indonesia dan terus dipantau peningkatan kinerja eksportasinya.
"Jika ada hambatan, kita mitigasi dan carikan solusinya bersama-sama dengan direktorat teknis, pemerintah daerah, asosiasi, dan pelaku usaha. Juga jika ada hambatan dengan negara mitra dagang, kami pun lakukan upaya harmonisasi persyaratan teknis," tambahnya lagi.
Inovasi Jaminan Layanan Prima dari? Karantina Cilegon
Kepala Karantina Pertanian Cilegon, Raden Nurcahyo Nugroho saat mendampingi kunjungan kerja menyampaikan, lalu lintas komoditas pertanian antar-area Jawa dan Sumatera serta antarnegara yang melalui wilayah kerjanya cukup tinggi. Untuk itu, selain penerapan layanan dengan sistem 24/7, pihaknya juga telah memilki inovasi SOP Checker.
Inovasi yang berbasis web ini dimaksudkan untuk mengontrol pelaksanaan layanan karantina yang sesuai dengan standar prosedur yang berlaku.
"Ini perangkat pengendali, baik administrasi maupun teknis, sehingga pengguna jasa dipastikan mendapat layanan prima, terlebih bagi proses bisnis ekspor, layanan 'karpet merah' kami siapkan," kata Raden.
Baca Juga: Dukung Toli-Toli Pertahankan Lahan Pertanian, Kementan Siap Salurkan Bantuan Mekanisasi
3 Pelaku Usaha Catatkan Peningkatan Ekspor
Pada saat yang sama, Kepala Barantan juga melepas komoditas ekspor asal Banten dengan total volume 916 ribu metrik ton senilai Rp3,7 miliar. Produk berupa olahan dari subsektor tanaman pangan masing-masing adalah Corn Starch, Wheat Brand, Whead Flour ke Filipina dan Papua New Guinea.
Ketiga perusahaan pemilik komoditas di atas menyebutkan, pihaknya mengapresiasi layanan karantina Cilegon. Di 2019 (Januari s.d. September) ketiga perusahaan, yaitu PT Tereos FKS Indonesia, PT Bungasari Flour Mills, dan PT Golden Grain Mills telah merealisasikan nilai ekspor masing-masing.
PT Tereos FKS Indonesia yaitu 37,9 juta MT dengan nilai Rp151, 5 miliar; PT Bungasari Flour Mills yaitu 7,04 juta MT dengan nilai Rp29,4 miliar; dan PT Golden Grain Mills yaitu 2,6 juta MT dengan nilai Rp7,9 miliar.
Sementara PT Tereos FKS Indonesia dalam realisasi ekspor (Januari s.d. September) mencatat kenaikan 96,96% dari 2018 sebanyak 16,6 juta MT dengan nilai Rp76,9 miliar dibandingkan di 2019 sebanyak 37,9 juga MT dengan nilai Rp151,5 miliar.
"Ekspor produk pertanian dalam bentuk jadi atau minimal setengah jadi sangat kami apresiasi. Selain margin keuntungannya bisa lebih besar, juga dapat menyerap tenaga kerja," ujar Jamil.
"Bersama dengan seluruh stakeholder kami optimalkan program Agro Gemilang agar bisa mendongkrak kinerja ekspor pertanian. Kami juga mengajak masyarakat untuk bersama menjaga status kesehatan hewan dan tumbuhan agar produk pertanian kita aman dikonsumsi, lestari dan laris di pasar global," tutupnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: