Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani di Sulawesi Utara (Sulut) mengembangkan jagung untuk produksi karena lebih menguntungkan dibandingkan jagung untuk konsumsi. Kementan memberikan bantuan kegiatan Pengembangan Kawasan (Perbenihan) Jagung Hibrida Berbasis Korporasi Petani 2019.
Menurut Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Takdir Mulyadi, kegiatan ini sebagai langkah nyata untuk meningkatkan kapasitas kelompok penangkar benih. Selain itu, guna merangsang kelembagaan ekonomi petani agar bisa mengelola bisnis penangkaran benih jagung hibrida secara mandiri dan petani penangkar yang mendapatkan nilai tambahnya.
"Program Kementerian Pertanian memberikan bantuan seperti tetua benih sumber, pestisida dan pupuk gratis dan Petani diajarkan bisa memproduksi benih jagung hibrida sendiri," demikian kata Takdir saat bersama dengan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Minahasa guna menandatangani MoU dengan petani penerima bantuan kegiatan Pengembangan Kawasan (Perbenihan) Jagung Hibrida Berbasis Korporasi Petani 2019 di Minahasa, Rabu (9/10/2019).
Baca Juga: Menelisik Peningkatan Ekspor Jagung Indonesia
Takdir menjelaskan hasil dari penangkaran ini disiapkan pasarnya untuk berkontribusi mencukupi kebutuhan benih tahun 2020. Sebanyak 500 ha akan diprogramkan diantaranya varietas produksi Badan Litbang Kementan atau benih rakitan anak bangsa. Jadi saatnya bersama-sama untuk menyiapkan hal tersebut.
“Mari kita mejaga kualitas benih yang ditangkarkan untuk perjuangan yang lebih besar. Kegiatan ini kami harapkan menjadi program berlanjut selama 3 tahun sampai petani bisa memproduksi benih secara mandiri dan dikelola melalui kelembagaan korporasi petani,” ungkap Takdir.
Selain itu dalam rangka penguatan kapasitas SDM, Takdir menyatakan petani dibekali kemampuan teknis menangkarkan benih jagung hibrida agar bisa membuat benih jagung hibrida secara mandiri. Pasalanya, Kementan menginginkan petani berdaya, tidak perlu beli benih lagi, bisa bikin sendiri malah lebih bagus bila dikomersialkan untuk dijual.
"Selama ini kita melakukan introduksi dan impor tetua benih jagung hibrida. Apabila kita membuat sendiri, kita bisa menghemat devisa dan membuka kesempatan kerja dalam negeri," ujarnya.
Takdir pun mencatat ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari konsep kawasan perbenihan berbasis korporasi petani adalah seperti pendapatan petani meningkat dengan menjual berupa benih kurang lebih 20% lebih tinggi dibandingkan jika menanam jagung konsumsi, menekan biaya produksi (produksi benih insitu). Selain itu, petani dapat memiliki saham seutuhnya, menggunakan alsintan modern yang dikelola secara bergulir, dan petani bisa mengakses permodalan melalui bank, serta transfer teknologi dan pendampingan menjadi lebih mudah.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait: