China Cemas, Korut Akan Perlihatkan Senjata Strategis Baru
Pemerintah China mengaku mencemaskan peringatan pemimpin tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong-un yang ingin memperlihatkan senjata strategis baru mereka. Beijing menyatakan tak menghendaki adanya tindakan yang dapat meningkatkan ketegangan dan mengubur potensi dialog.
Dikutip laman KBS World, dalam sesi pengarahan pers pada Kamis (2/1), juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan negaranya akan berusaha melanjutkan momentum dialog dengan Korut. Selain itu resolusi politik untuk Semenanjung Korea akan dicari guna kepentingan bersama negara-negara yang terlibat.
Dalam hal ini, Geng berharap Korut dan Amerika Serikat (AS) dapat duduk bersama dan bernegosiasi. Hal itu dinilai penting untuk memecahkan kebuntuan yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Jong-un: Korut Siap Kembangkan Program Nuklir dan Senjata Baru
Sebelumnya Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut menyatakan prihatin karena Korut telah mengakhiri moratorium uji coba rudal serta nuklir.
"Sekretaris Jenderal sangat berharap tes itu tidak akan dilanjutkan, sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan (PBB) yang relevan. Non-proliferasi tetap menjadi pilar fundamental keamanan nuklir global dan harus dipertahankan," kata juru bicara Guterres, Stephanie Dujarric, dikutip laman UN News.
Guterres pun mendorong dimulainya kembali dialog denuklirisasi Semenanjung Korea. "Keterlibatan diplomatik adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian berkelanjutan," ujar Dujarric.
Pada akhir Desember lalu, Kim Jong-un telah mengatakan bahwa negaranya akan menunjukkan senjata strategis baru kepada dunia. Dia menegaskan tidak akan menggadaikan keamanannya dengan keuntungan ekonomi. Pernyataan itu dinilai berkaitan dengan sanksi yang masih diterapkan AS dan PBB terhadap Pyongyang.
Saat ini perundingan denuklirisasi antara Korut dan AS sedang terhenti. Kedua negara masih belum dapat menyepakati tuntutan masing-masing perihal penerapan sanksi. Korut, yang telah menutup beberapa situs uji coba rudal dan nuklirnya, meminta AS mencabut sebagian sanksi ekonominya. Namun, AS tetap berkukuh tak akan mencabut sanksi apa pun kecuali Korut telah melakukan denuklirisasi menyeluruh dan terverifikasi.
Sebelumnya Kim Jong-un telah memberi tenggat waktu hingga akhir 2019 bagi AS untuk menunjukkan fleksibilitas dalam posisinya bernegosiasi. Jika tidak Kim menyatakan bisa memutuskan untuk mengambil jalan baru yang tidak ditentukan. Saat itu Washington tak memberi respons apa pun terkait peringatan yang dilayangkan Kim.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Shelma Rachmahyanti
Tag Terkait: