Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,05% secara tahunan atau year on year (yoy) pada 2019 atau lebih rendah dari asumsi pemerintah sebelumnya sebesar 5,2%.
"Dengan tekanan dan lingkungan ekonomi global yang tidak kondusif di 2019, kita tetap mampu menjaga pertumbuhan di atas 5%," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (7/1/2020).
Baca Juga: Perubahan Iklim Diprediksi Bakal Hantam Ekonomi Global
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebutkan, pertumbuhan masih bersumber dari kontribusi konsumsi rumah tangga dan pemerintah yang masing-masing tumbuh 5,2% dan 4,7%. Selain itu, pembentukan modal tetap bruto tumbuh moderat sebesar 4,7%. Sementara itu, kinerja ekspor dan impor masih terbatas sejalan dengan perkembangan melemahnya perdagangan dunia dan turunnya harga komoditas utama Indonesia seperti batu bara.
"Ekspor tahun 2018 bisa tumbuh rata-rata di atas 5%. Namun, tahun 2019 hampir seluruh kuartal negatif. Impor tahun 2018 lalu pertumbuhannya double digit, tahun 2019 semua pertumbuhannya kontraksi," ujarnya.
Meski demikian, ia mengapresiasi capaian inflasi yang dapat dikendalikan pada tingkat sebesar 2,72% atau tingkat terendah yang dicapai dalam waktu 20 tahun terakhir. Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat cenderung menguat atau mengalami apresiasi 3,9% (EoP) dibandingkan dengan yang diasumsikan dalam APBN.
"Hal ini seiring dengan terjaganya cadangan devisa nasional serta masuknya aliran modal asing ke dalam negeri akibat perbaikan credit rating Indonesia sebagai wujud kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia," pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum