Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Teknologi Kendaraan Makin Maju, Tidak Cocok Gunakan Premium

        Teknologi Kendaraan Makin Maju, Tidak Cocok Gunakan Premium Kredit Foto: Antara/Arif Firmansyah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Penggunaan BBM Ron rendah seperti premium dinilai tidak ramah lingkungan. BBM jenis ini juga tidak cocok dengan teknologi kendaraan seperti sepeda motor dan mobil yang sudah menggunakan teknologi terbaru yang mengharuskan menggunakan BBM oktan tinggi.

        Pengamat otomotif yang juga Founder and Training Director Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu mengatakan, sudah saatnya Indonesia untuk benar-benar serius dalam mendorong penggunaan BBM Ron tinggi. Pasalnya, BBM Ron rendah akan merusak lingkungan, menambah polusi, juga buruk bagi mesin kendaraan.

        Baca Juga: BBM Jenis Premium Lebih Boros, Ini Penjelasan Ahli

        "Sepatutnya kita sudah concern dengan masalah emisi gas buang pada octan dan cetane rendah," kata Jusri ketika dihubungi wartawan, Selasa (23/6/2020).

        Jusri mengatakan, bila kendaraan beralih ke BBM jenis oktan tinggi ini, secara otomatis komponen kendaraan akan berumur panjang. Kemudian, dari sisi tenaga atau power kendaraan lebih terjaga. Manfaat lain, jarak tempuh jadi kian jauh karena pembakaran mesin kendaraan lebih sempurna.

        "Sudah saatnya masyarakat menggunakan BBM Ron tinggi karena memiliki banyak kelebihan, mesin awet, tenaga kendaraan terjaga," ujar Jusri.

        Dia meyakini, dengan edukasi bagus yang dijalankan pemerintah, secara perlahan publik akan menyadari dampak positif menggunakan BBM Ron tinggi. Adapun untuk kendaraan angkutan, ia yakin pemerintah akan memiliki kebijakan yang tepat. Bahkan, ia menyarankan agar pemerintah juga tak ragu untuk mulai sepenuhnya menyalurkan BBM Ron tinggi. "Pemerintah sebenarnya hanya perlu melakukan setop produk BBM octan dan cetane rendah," kata dia.

        Meski begitu, dia menyarankan agar pemerintah mempertimbangkan betul dengan peralihan octan rendah ke octan tinggi. Salah satunya dengan memberikan sosialisasi kepada masyarakat. Bagi Jusri, sejatinya kebijakan memindahkan konsumsi BBM Ron tinggi juga cukup mudah asal semua pihak bahu membahu melakukan kampanye positif dengan cara yang lebih mudah dimengerti oleh masyarakat.

        "Itu adalah simply policy. Namun, dalam hal ini tentunya ada faktor-faktor lain harus menjadi pertimbangan pemerintah sebelum policy tersebut dapat di-release. Edukasi pre-launching ke masyarakat harus seimbang, gencar, melibatkan seluruh komponen," katanya.

        Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Febby Tumiwa menambahkan, dalam mengurangi penggunaan BBM jenis premium, pemerintah harus membatasi kuotanya. Atau, menyediakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. Misalnya, RON 92 seharga RON 88 atau RON 90.

        Pemerintah, kata dia, bisa membuat standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkannya (misalnya Euro IV), demikian juga membuat kebijakan fuel economy untuk kendaraan bermotor yang progresif. Namun demikian, harga yang ditawarkan kepada masyarakat juga harus ekonomis.

        "Karena bagaimanapun, konsumen reaktif kepada penaikan harga. Jika harga premium dibuat mahal, konsumen akan pindah ke BBM lain yang 'lebih bersih', tapi harganya lebih murah," ujar Febby.

        Pengamat energi Mamit Setiawan menambahkan, saat ini kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi terbaru yang mengharuskan konsumsi BBM dengan RON tinggi, minimal RON 92, seperti Pertamax. BBM RON rendah juga lebih boros dan berdampak negatif pada mesin. Apalagi, mayoritas negara di dunia sudah tidak ada yang menjual BBM Ron 88 seperti premium.

        Agar konsumsi BBM RON tinggi bisa lebih tinggi, menurutnya, pemerintah disarankan mendorong masyarakat untuk beralih ke Pertamax series. Selain itu, menyediakan bahan bakar dengan kualitas yang lebih baik dengan harga yang lebih murah. Misalnya RON 92 seharga RON 88 atau RON 90.

        "Pemerintah bisa membuat standar bahan bakar yang lebih baik dan segera menerapkannya, misalnya Euro IV, demikian juga membuat kebijakan fuel economy untuk kendaraan bermotor yang progresif," ujar Mamit.

        Selain berdampak negatif bagi mesin kendaraan bermotor, BBM RON rendah juga berakibat buruk terhadap lingkungan hidup dan kesehatan. Karena pembakaran tidak sempurna, BBM RON rendah akan menghasilkan emisi sangat tinggi. Selain itu, juga akan menghasilkan karbon monoksida dan nitrogen dioksida yang juga tinggi. Penggunaan BBM berkualitas akan mendorong penurunan emisi dan memperbaiki kualitas udara.

        Bahan bakar berkualitas juga membuat sistem pembakaran mesin (engine combustion) lebih sempurna sehingga lebih irit BBM, mesin awet, & mempermudah perawatan kendaraan. Dengan demikian, beban negara untuk BBM berkurang karena dana kompensasi dialihkan ke sektor/pos lain yang lebih membutuhkan sehingga menjadi lebih tepat sasaran.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Agus Aryanto
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: