Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Bergidik! Dolar AS Berdarah-Darah, Rupiah Jauh Lebih Parah!

        Bergidik! Dolar AS Berdarah-Darah, Rupiah Jauh Lebih Parah! Kredit Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Gelombang kedua Covid-19 kini ada di depan mata. Peningkatan kasus secara global pun menjadi sulit dikendlikan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut kasus Covid-19 di seluruh dunia per Minggu (28/06/2020) mencapai lebih 9,84 juta dengan angka kematian mencapai setengah juta jiwa. 

        Baca Juga: Global Mabuk Corona, Bursa Asia dan IHSG Ambruk Semua!

        Sontak saja, pelaku pasar menjadi sangat ketar-ketir dibuatnya. Aset-aset keuangan pun jatuh berguguran, termasuk dolar AS. Dilansir dari RTI, dolar AS jatuh signifikan di hadapan banyak mata uang global, seperti dolar Australia, euro, poundsterling, dolar New Zealand, dolar Kanada, franc, yuan, yem, dolar Singapura, baht, dan dolar Taiwan. Mata uang Paman Sam itu hanya mampu unggul tipis di hadapan dolar Hong Kong dan rupiah

        Baca Juga: Perusahaan Milik Raja Mal Alexander Tedja Telan Pil Pahit! Cuan Ratusan Miliar Rupiah Amblas!

        Jauh lebih parah daripada dolar AS, rupiah kini ambruk ke klasemen terbawah baik regional maupun global. Hingga pukul 09.55 WIB, rupiah terkoreksi sedalam -0,24% ke level Rp14.252 per dolar AS. Bahkan, rupiah juga tumbang di hadapan dolar Australia (-0,55%), poundsterling (-0,55%), dan euro (-0,48%).

        Pasukan mata uang Asia juga tidak mau kalah dalam menyerang rupiah. Sebagai mata uang paling lemah di Benua Kuning, rupiah keok atas dolar Taiwan (-0,52%), won (-0,51%), won (-0,42%), yuan (-0,35%), ringgit (-0,24%), yen (-0,23%), yen (-0,19%), dolar Hong Kong (-0,13%), dolar Singapura (-0,13%), dan baht (-0,09%). 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Lestari Ningsih
        Editor: Lestari Ningsih

        Bagikan Artikel: