Sektor mikro dan ultra mikro harus menjadi perhatian utama pemerintah daerah di seluruh Indonesia dalam upaya menggerakkan perekonomian pasca Covid-19. Merujuk pada tatanan masyarakat Indonesia, pemulihan ini dapat dilakukan melalui spirit gotong royong, kolaborasi, sinergi, dan debirokratisasi, dimana koperasi bisa didorong sebagai ujung tombak.
Hal itu dikatakan Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN IAI), Prof. Mardiasmo ketika menjadi narasumber webinar IAI Wilayah Sumatera Barat bertema Pemulihan Ekonomi Lokal Sumatera Barat dalam Tatanan Kehidupan Normal Baru. Webinar ini dibuka oleh Gubernur Sumatera Barat, Prof. Irwan Prayitno, dan diikuti oleh lebih dari 1100 peserta, yang berasal dari berbagai institusi sektor publik, privat, perguruan tinggi, hingga kalangan umum dan anggota IAI.
Selain Ketua DPN IAI Prof. Mardiasmo, webinar ini juga menghadirkan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Prof. Elfindri, Kepala Kantor Bank Indonesia Sumatera Barat, Wahyu Purnama, dan Ketua Kadin Sumatera Barat, Ramal Saleh.
Prof. Mardiasmo mengatakan, kondisi pasca pandemi Covid-19 ini adalah extra ordinary sehingga sense of crisis dan sense of urgency para pengambil keputusan harus tinggi. Karena itu, berbagai relaksasi, penundaan, stimulus, bantuan, subsidi, keringanan, insentif, hingga jaring pengaman sosial, harus segera diberikan, baik langsung ke badan usaha maupun kepada individu terdampak. “Krisis ini berbeda dengan krisis sebelumnya, karena yang terkena langsung masyarakat menengah ke bawah,” jelasnya.
Ketua DPN IAI itu menambahkan, hikmah dari peristiwa Covid-19 adalah kembali meningkatnya semangat gotong royong dan kebersamaan dalam menghadapi krisis. Asas gotong royong ini adalah asas dasar yang telah dimiliki Indonesia sejak dulu, dan dipatri di dalam UUD 1945.
Dalam konteks ini, koperasi menjadi ujung tombak dalam menyelenggarakan pemulihan ini karena semangat kebersamaan dan kesejahteraan anggota merupakan tujuan utama pada operasional koperasi. “Di IAI, ini disebut IAI for Society, yang berisi program-program IAI yang langsung memberikan manfaat kepada masyarakat yang membutuhkan,” ujar Mardiasmo.
“Dalam hal ini, Kantor Jasa Akuntan (KJA) yang kini telah tersebar di seluruh Indonesia dapat diefektifkan untuk membantu koperasi dan usaha mikro untuk bergerak,” ujar Ketua Komite Pengawas Perpajakan Kementerian Keuangan itu menambahkan.
Pada kesempatan itu, Prof. Mardiasmo mengapresiasi perekonomian Sumatera Barat yang sudah mulai berjalan di era new normal. Yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana mempercepat prosesnya. Mantan Wakil Menteri Keuangan itu merekomendasikan seluruh pemda di Sumatera Barat untuk mempercepat transformasi anggaran pasca pandemi Covid-19. Lima aspek yang ditekankan Ketua DPN IAI terkait operasional pemulihan krisis akibat Covid-19, adalah economic, effcient, effective, equity (keadilan), dan equality (persamaan).
Prof. Mardiasmo menekankan, dalam penanganan pasca Covid-19 ini, ada dua program pemulihan yang harus menjadi prioritas pemda, yaitu pemulihan kesehatan masyarakat dan pemulihan ekonomi lokal. Penting bagi masyarakat setempat untuk segera mendapatkan dukungan likuiditas sehingga mereka bisa survive dan ekonomi mulai bergerak. Karena itu pemerintah harus hadir dengan mempercepat eksekusi anggaran, sambil memperhatikan aspek tepat jumlah, tepat waktu, tepat sasaran, tepat kualitas, dan tepat biaya.
Prof. Mardiasmo menekankan, eksekusi ini tidak boleh mundur gara-gara administrasi, sehingga kalangan akuntan dan inspektorat diminta untuk turun langsung mengawasi eksekusi ini.
Pemulihan Ekonomi Sumatera Barat
Gubernur Sumatera Barat, Prof. Irwan Prayitno yang menjadi keynote speaker webinar menyampaikan, bahwa selama masa PSBB perekonomian Sumatera Barat sempat terhenti. Namun dengan masuk masa new normal merupakan saat untuk kembali bergerak cepat melakukan pemulihan ekonomi dengan melakukan pendekatan terstruktur dan memberikan kelonggaran aturan pada sektor yang terdampak Covid-19.
Menurutnya, pariwisata menjadi salah satu sektor unggulan Sumatera Barat yang harus segera digerakkan. Jika pariwisata bergerak, maka banyak sektor lain yang juga bergerak. Untuk itu diperlukan upaya yang serius agar kepariwisataan segera bangkit dan bergerak.
“Harus ditumbuhkan kepercayaan publik, yaitu kepercayaan keamanan kesehatan bagi wisatawan yang datang ke Sumatera Barat,” ujar Gubernur Irwan.
Selain itu dibutuhkan promosi yang masif, tidak hanya oleh pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota, namun juga oleh semua pihak yang terkait dengan dunia pariwisata. Gubernur meminta pelaku, pegiat, dan operator wisata untuk bersama-sama melakukan promosi, agar percepatan pemulihan perekonomian melalui sektor pariwisata bisa berlangsung cepat.
Melengkapi keterangan Gubernur, Ketua Kadin Sumatera Barat Rahmat Saleh, menilai jika sektor pertanian di wilayah ini bisa menjadi unggulan, selain sektor peternakan dan perikanan. Namun ia mendesak untuk segera diciptakan produk bernilai tambah untuk membuat hilirisasi produk pertanian menjadi lebih baik.
Pada kesempatan yang sama, Wahyu Purnama dari Bank Indonesia Perwakilan Sumatera Barat menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan 1 2020 adalah 3,92%, masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Tiga faktor yang mendorong pertumbuhan itu adalah sektor pertanian, bidang industri pengolahan, dan proyek investasi besar seperti tol trans Sumatera. Pada tahun 2020, akuntan dari Univeritas Andalas itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat ada di kisaran 2%, masih di atas pertumbuhan ekonomi nasional.
Sementara itu Prof. Elfindri menyampaikan lima hal yang bisa dilakukan dalam rangka pemulihan dampak Covid-19 di Sumatera Barat. Pertama, koordinasi yang lebih erat antar instansi pemda Sumatera Barat untuk melahirkan inisiatif baru untuk mengambil kebijakan anti kemiskinan. Kedua, captive trading untuk nondurable goods (barang tidak tahan lama).
Ketiga, untuk kondisi khusus di Sumatera Barat dengan banyak masyarakatnya hidup di perantauan, national and local remitance (pengiriman uang) bisa menjadi faktor penggerak ekonomi daerah ini. Yang tak kalah penting menurut Prof. Elfindri, adalah mendorong tersedianya pendanaan dengan persyaratan ultra ringan, agar pelaku UMKM dan ultra mikro bisa mendapatkan kembali modal untuk berusaha. Terakhir,program pelatihan akan menjadi kunci agar korban terkena dampak Covid-19 bisa di-reskilling.
Ia sependapat dengan Prof. Mardiasmo, bahwa koperasi harus didorong untuk mengambil peran lebih baik dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri
Tag Terkait: