Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ban Pemicu Kecelakaan, Hindari 3 Perilaku Buruk Mengemudi Ini!

        Ban Pemicu Kecelakaan, Hindari 3 Perilaku Buruk Mengemudi Ini! Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Berdasarkan data dari APTRINDO (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia), 60-70% kecelakaan truk disebabkan oleh human error, antara lain manajemen waktu berkendara yang kurang baik, perilaku pengemudi, dan keterampilan pengemudi. Selain itu, faktor lainnya adalah kondisi kendaraan termasuk kondisi ban serta faktor eksternal seperti kondisi geometrik jalan yang kurang memadai.

        Produsen ban asal Korea Selatan, PT Hankook Tire Sales Indonesia mengajak pengemudi truk di Indonesia untuk fokus melakukan tindakan preventif kecelakaan mulai dari diri sendiri dengan menghentikan kebiasaan buruk dalam berkendara. Kebiasaan buruk ini dapat memicu kerusakan kondisi ban dan berdampak pada keselamatan pengendara itu sendiri, kerusakan barang yang diangkut, dan keselamatan pengguna jalan lainnya.

        Baca Juga: Pukulan Covid-19 Buat Penjualan Mobil Anjlok, Segini Angkanya

        Dari kasus-kasus pelanggaran lalu lintas dan kecelakaan yang menimpa truk, President Hankook Tire Sales Indonesia Yoonsoo Shin melihat ada tiga perilaku buruk dalam mengemudi yang perlu menjadi perhatian.

        Pertama, pengendara truk sering berkendara melewati batas kecepatan dan muatan berat beban yang telah ditentukan. Sebagian pengemudi kendaraan komersial memilih untuk berkendara dengan kecepatan tinggi yang menyebabkan tidak stabilnya laju kendaraan sehingga mengurangi efisiensi bahan bakar truk. Truk yang membawa muatan yang besar dengan kecepatan tinggi juga berpotensi mengurangi keseimbangan kendaraan yang memicu terjadinya truk terbalik.

        Menurut Shin, masalah manajemen waktu berkendara ini tergolong klasik; sering disepelekan, tetapi bisa berdampak fatal. Apabila truk ingin menambah kecepatan dalam batasan yang ada, usahakan untuk menekan pedal dengan halus di gigi rendah dan kemudian beralih ke gigi tinggi saat ingin menambah kecepatan.

        "Akselerasi yang cepat dan kuat membuat mesin bekerja lebih keras sehingga dapat mengonsumsi bahan bakar berlebih," tambah Shin.

        Selain itu, kecepatan yang tinggi akan memengaruhi performa ban karena akan makin menghasilkan banyaknya gesekan dengan aspal dan panas yang sangat tinggi. Paparan panas yang terlalu lama inilah yang akan menghaluskan karet dan melemahkan ban, apalagi bila melebihi batas yang telah ditentukan.

        Kedua, pengendara truk sering menggunakan persneling netral saat melaju di jalan menurun atau landai. Alih-alih bermaksud untuk melakukan efisiensi bahan bakar, hal ini malah memicu terjadinya proses pengereman yang terlalu kuat (braking skid) atau rem panik sehingga ban terkunci dan berhenti berputar, yang berpotensi mengakibatkan terjadinya kecelakaan beruntun.

        Ketiga, kebiasaan berkendara tanpa memperhatikan lubang dan bahaya jalan lainnya. Pengemudi truk yang ceroboh berkendara di atas lubang dan kerusakan jalan lainnya dapat merusak ban, sistem kemudi, sistem suspensi, dan lainnya. Oleh karena itu, cara terbaik untuk menghindari bahaya jalan adalah tetap waspada terhadap lingkungan dengan mengganti jalur atau memperlambat laju kendaraan untuk menghindari kerusakan.

        Menurut Shin, kebiasaan berkendara yang baik akan berdampak baik pula pada kondisi ban sebagai satu-satunya elemen yang bersinggungan langsung dengan jalan. Karena itu, kondisi ban jangan sampai diabaikan, terutama dalam menjaga tekanan angin.

        Tekanan ban terlalu tinggi dapat membuat daya cengkram ban terhadap permukaan jalan menjadi berkurang. Sementara, tekanan ban yang terlalu rendah dapat membuat ban cepat panas dan cepat rusak, serta menyebabkan konsumsi bahan bakar jadi boros.

        "Maka dari itu, merupakan hal yang penting untuk memilih ban berkualitas dan melakukan perawatan secara berkala," jelas Shin.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Agus Aryanto
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: