Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ini Penyebab Korban Fetish Tak Bisa Tolak Permintaan Gilang

        Ini Penyebab Korban Fetish Tak Bisa Tolak Permintaan Gilang Kredit Foto: Foto/Shutter Stock.
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ada beberapa hal menarik yang menyita perhatian netizen ketika mendalami kasus fetish kain yang sedang viral di media sosial. Bila menilik hasil tangkapan kamera yang dibagikan sejumlah korban, sang pelaku alias Gilang melancarkan aksinya dengan teknik komunikasi yang otoriter, dominan, dan juga persuasif.

        Hal ini terlihat dari cara Gilang bertukar pesan dengan para korban. Isi pesan tersebut seolah-olah membuat mereka tidak bisa menolak permintaan dan perintah yang dia berikan.

        Baca Juga: Gilang Bungkus Makin Viral, Apa Ciri-Ciri Fetish?

        Contohnya adalah penggunaan kata 'mas dan dek' yang menunjukkan bahwa sejak awal, Gilang sudah menegaskan statusnya sebagai sosok yang lebih senior dan harus dihormati. Sementara mayoritas korban diketahui merupakan Mahasiswa Baru (Maba).

        Ahli psikologi sosial Fakultas Psikologi dari Universitas Pancasila, Dr. Ade Iva Wicaksono, M.Psi, membenarkan hal tersebut.

        "Kalau saya baca threadnya, cara berkomunikasinya dia memang dominan, memaksa orang untuk tunduk. Kedua, persoalan status. Korbannya itu banyak MABA yang dia kejar. Budaya kita, Maba itu kan harus tunduk kepada kakak tingkatnya. Dia juga sampai maksa dan mengancam, pakai alasan, 'saya kenal kating kamu' ketika korban menolak atau mengabaikan permintaanya," terang Ade saat dihubungi Okezone via sambungan telefon, Jumat (31/7/2020).

        Namun di satu sisi, Ade mengatakan bahwa dalam beberapa kejadian, Gilang juga sadar bahwa tidak semua korban mau menuruti permintaannya. Dia pun akhirnya mengerahkan kemampuan persuasi yang sangat baik.

        Kemampuan persuasi ini biasanya memang dimiliki oleh orang-orang yang mengalami fetishistic disorder. Selain itu, psikolog Ade melihat Gilang mirip dengan Reynhard Sinaga.

        "Saya curiga dia sama kayak Reynhard Sinaga. Selain otoriter dan dominan, dia punya kemampuan persuasi yang baik, memberikan jebakan-jebakan kepada korban, seperti ketika kita dipersuasi sama sales kartu kredit. Dari awal dia memang sudah memetakan korbannya, atau bisa juga disebut dengan istilah framing," jelasnya.

        Ade juga tidak menampik bahwa gangguan fetish yang dialami Gilang termasuk dalam kategori berat dan unik. Pasalnya, dia ingin para korban untuk membungkus tubuh mereka dengan kain. Sehingga kemungkinan atau probabilitasnya terbilang kecil.

        "Itulah alasan saya mengatakan dia cerdas. Karena dia harus memetakan strategi dengan baik. Dia punya mind map sendiri. Kapan aksinya harus dijalankan, tempatnya di mana, siapa targetnya, dan bagaimana caranya," tandas Ade.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Fajria Anindya Utami

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: