Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Indonesia Gagal Atasi Corona? Erick Thohir: Lebih Baik dari AS

        Indonesia Gagal Atasi Corona? Erick Thohir: Lebih Baik dari AS Kredit Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Jumlah kasus positif COVID-19 per Sabtu (15/8/2020) mencapai 137.468, bertambah 2.345 orang daripada sehari sebelumnya. 

        Dari penambahan kasus harian, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, tidak memungkiri bahwa terdapat pandangan dari negara lain bahwa Indonesia gagal dalam menangani pandemi. Namun, menurutnya, terkadang asumsi itu berangkat dari ketidakadilan dalam membandingkan dengan negara lain yang tidak sepadan.

        Menurut dia, langkah pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi COVID-19 lebih baik dari negara-negara tetangga, bahkan negara maju lainnya. “Kalau bicara pesimistis, kita lihat data-data kita dibanding negara tetangga. Kalau dibanding negara lain jauh, jelas jauh,” kata Erick dalam diskusi virtual yang bertajuk “Kesehatan Pulih, Ekonomi Bangkit” di Jakarta, Sabtu (15/8/2020).

        Baca Juga: Obat Corona Buatan Unair, TNI, & BIN Lalui Uji Klinis Fase 3

        Baca Juga: Bisnis di Ujung Tanduk, Operator Bus Minta Perpanjang Bantuan

        Dia menyebutkan tingkat penyembuhan pasien COVID-19, yakni 65-69 persen di mana dinilai masih jauh lebih baik dibanding negara lain, termasuk Amerika Serikat, India dan Rusia.

        “Enggak ada yang sama Indonesia. Kadang-kadang asumsi di luar negeri kita gagal total kalau dilihat dari data real, kita sama baiknya. Kalau mau debat tingkat yang meninggal kita balikkan datanya jumlah meninggal dengan jumlah populasi. Kita jauh lebih baik dari Amerika Serikat, Rusia, India,” katanya, sebagaimana Pikiran-rakyat.com kutip dari Antara.

        Menurut Erick, Indonesia memiliki karakteristik negara kepulauan, jadi tidak adil apabila penanganan dibandingkan dengan negara-negara daratan.

        “Kalau dibandingkan dengan negara yang populasi sepersepuluh ya enggak ‘fair’ apalagi kita negara kepulauan. Karena itu program Indonesia sehat harus jalan awal, baru bicara bantuan produktif untuk jaga bantuan kepada masyarakat termiskin, mikro, UMKM agar menjaga daya beli daripada keseluruhan rakyat Indonesia,” ujarnya.

        Dalam kesempatan itu dia menyebut imunisasi massal akan dilakukan pada 2021 setelah vaksin COVID-19 ditemukan.

        “Setelah berjalan tetap gerakan stimulus ekonomi dan penemuan vaksin yang nantinya diharapkan awal tahun depan imunisasi massal,” kata dia, yang berharap setelah ditemukan vaksin dan imunisasi massal, perekonomian Indonesia perlahan bisa bangkit.

        “Karena itu kemarin saya ketemu Kadin, kita sampaikan, sabar karena setelah ini dilakukan, baru kita bicara Indonesia tumbuh,” katanya.

        Dia menambahkan semuanya menjadi prioritas, baik pemulihan kesehatan maupun ekonomi, untuk itu diperlukan aksi strategis yang didukung semua pihak.

        “Sesuai slogan, kesehatan pulih ekonomi bangkit itu enggak bisa dibalik-balik, sama juga dengan prioritas Indonesia Sehat Indonesia Kerja Indonesia Tumbuh itu enggak bisa dibalik-balik. Strategi yang akan kita lakukan bersama-sama, dengan komite terkait, dengan kepala daerah terkakt, kami harapkan aksi strategis didukung semua pihak. Kami di komite tugasnya percepatan, dukung, dan yang penting sinkronisasi. Program Indonesia Bekerja, Indonesia Sehat dibantu banyak pihak,” kata Erick.

        Salah satu aksinya, yakni kampanye sosialisasi peningkatan kedisiplinan yang tertuang dalam Impres 6/2020, seperti memakai masker dan lainnya sesuai protokol kesehatan.

        “Yang oleh masyarakat yang cinta pada dirinya dan keluarganya. Kalau enggak cinta atas dirinya, enggak cinta keluarganya, program ini enggak mungkin berhasil. Kita ingin pastikan testing, ‘treatment’yang enggak kalah penting. Treatment juga macam-macam, yang penting mau terapi penyembuhan secara herbal, secara kimia, enggak udah didebatkan, yang penting sesuai protokol yang ditetapkan lembaga-lembaga yang sah,” katanya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Tanayastri Dini Isna

        Bagikan Artikel: