Emiten energi terbarukan PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (UPSLB) dengan agenda meminta persetujuan aksi korporasi melakukan penambahan modal perseroan melalui mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issues.
Adapun agenda RUPSLB di antaranya persetujuan pembatalan right issues tahap pertama yang sebelumnya sudah disetujui RUPSLB pada 25 Juli 2019 karena telah melewati batas waktu berlaku 12 bulan dari tanggal persetujuan, dan rapat untuk memperoleh kembali persetujuan RUPSLB melaksanakan penawaran umum terbatas atau right issues tahap 2.
Baca Juga: Bursa Asia Terpuruk, IHSG Tergelincir 0,2% ke Zona Merah
Baca Juga: Pailit, Bursa Kasih Lampu Merah ke Perusahaan Milik Bentjok
Frisky Kurniawan, Sekretaris JSKY mengatakan, perusahaan yang bergerak di bidang panel surya dan mesin pembangkit tenaga surya ini berencana untuk menerbitkan saham baru sebanyak 1.699.448.100 lembar dengan nilai nominal Rp50 per lembar saham. Dengan penawaran itu JSKY menargetkan akan mendapatkan tambahan modal sekitar Rp84,97 miliar melalui mekanisme penawaran umum terbatas.
“Rencana JSKY seluruh dana yang terhimpun akan digunakan untuk penambahan modal kerja perseroan setelah dikurangi biaya-biaya emisi. Penambahan modal akan digunakan untuk memperkuat struktur permodalan perseroan,” ujar Frisky Kurniawan, Sekretaris JSKY, di Jakarta, Selasa (2/9/2020) kemarin.
Right issues merupakan peluang bagi pemegang saham untuk meningkatkan kontribusi. Apabila pemegang saham tidak menggunakan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), maka persentase kepemilikan saham secara keseluruhan diperkirakan akan terdilusi sebesar maksimum 45,54%.
JSKY adalah emiten fokus pada industri energi terbarukan. Teknologi energi terbarukan saat ini sedang trend dan menjadi pasar yang prospektif di seluruh dunia. Selain memproduksi dan memasarkan panel surya, JSKY tahun ini juga mengerjakan sejumlah proyek pembangkit listrik tenaga surya di berbagai daerah.
Diantaranya kontrak proyek pembangkit listrik tenaga surya di Merauke, Papua, dan Sorong, Papua Barat, dengan nilai kurang lebih Rp500 miliar. JSKY juga telah membangun dan mengelola proyek percontohan PLTS dengan teknologi paling mutakhir di Fakultas Teknik UI dan proyek PLTS Karampuang di Sulawesi Barat.
Menurut Frisky Kurniawan, pasar retail panel surya saat ini memang agak melambat karena pengaruh dari melambatnya seluruh kinerja ekonomi dan bisnis secara global akibat pandemi Covid-19 yang belum usai. Sedang kontrak proyek-proyek solar system tetap berjalan sesuai jadwal. Termasuk proyek perluasan pabrik panel surya milik JSKY di Cisalak, Jawa Barat.
“Permintaan ekspor masih tetap tinggi, sehingga perluasan tetap dilakukan. Perusahaan saat ini mempunyai pangsa ekspor rutin ke Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Kami masih tetap optimis dengan target pendapatan hingga Rp1 triliun sampai akhir tahun nanti dengan ditopang berbagai kontrak proyek solar system,” ujar Frisky.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: