Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menelisik Akar Permasalahan Ketegangan Yunani-Turki, Ternyata...

        Menelisik Akar Permasalahan Ketegangan Yunani-Turki, Ternyata... Kredit Foto: Reuters/Greek Ministry of Defence
        Warta Ekonomi, Athena -

        Yunani dinilai tetap mengambil langkah meningkatkan ketegangan dengan Turki ketimbang menjalin dialog langsung dengan Ankara karena Athena diprovokasi oleh aktor dari luar kawasan seperti Prancis.

        Berikut pemaparan Anadolu Agency terkait penyebab meningkatnya ketegangan di Mediterania Timur serta sikap Yunani dan Prancis di kawasan tersebut.

        Baca Juga: Turki Bawa Mundur Kapalnya dari Laut Mediterania, Yunani Siap Damai?

        1. Bagaimana ketegangan di Mediterania Timur berawal?

        Ketegangan di Mediterania Timur pertama kali dipicu ketika Siprus Yunani membuat perjanjian internasional untuk mengeksplorasi sumber daya energi di sekitar pulau tersebut, serta mengabaikan hak-hak sah pihak Turki di utara pulau itu.

        Perusahaan-perusahaan Barat, dengan dukungan pemerintah mereka, memulai berbagai eksplorasi dan pengeboran gas alam di wilayah tersebut dengan dukungan Yunani.

        Selama bertahun-tahun Turki dan Republik Turki Siprus Utara (TRNC) telah memperingatkan berbagai pihak bahwa sumber daya alam di sekitar pulau itu harus dibicarakan untuk kepentingan semua pihak, dan perlu ada solusi yang adil dan tahan lama. Tapi mereka menutup telinga atas peringatan Turki itu.

        Dengan semakin banyaknya ladang hidrokarbon yang dieksplorasi di Mediterania Timur, negara-negara di wilayah tersebut mulai bergerak untuk membuat perjanjian Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

        Turki dan TRNC terus memperingatkan Siprus Yunani saat mereka menandatangani perjanjian ZEE yang mereka klaim dengan Mesir pada 2003, dengan Lebanon pada 2007, dan dengan Israel pada 2010.

        Otoritas Siprus Yunani terus melakukan penelitian di ladang hidrokarbon bersama dengan perusahaan Barat di wilayah di mana Turki dan TRNC memiliki hak yang sah.

        Mesir, Yunani, Siprus Yunani, dan Israel berusaha menyingkirkan aktor lain di kawasan, seperti Turki, Libya, dan Lebanon, melalui East Med Gas Forum di Kairo.

        Sebagai inisiatif niat baik, Turki dan TRNC mengusulkan melalui PBB untuk membentuk komite bersama sumber daya hidrokarbon. Namun, Athena dan Siprus Yunani, yang mendapat dukungan dari Uni Eropa, menunjukkan bahwa mereka tidak terbuka untuk kerja sama.

        2. Mengapa Yunani bersikeras menggunakan peta Seville?

        Peta Seville digunakan oleh Yunani dan Siprus Yunani untuk mengisolasi Turki dengan mencoba membatasinya di pantai Mediterania.

        Peta, yang disiapkan oleh Profesor Juan Luis Suarez de Vivero dari Universitas Seville di Spanyol selatan, menunjukkan bahwa batas-batas yang diklaim Yunani di Laut Aegea dan Mediterania sebagai landas kontinennya dan ZEE yang dinyatakan oleh Siprus Yunani pada 2004, menunjukkan perbatasan UE.

        Peta ini mengklaim bahwa landas kontinen Yunani dimulai dari pulau Meis dan mengarah ke selatan ke tengah Laut Mediterania, yang tidak memberikan wilayah kepada Turki di luar Teluk Antalya, selatan Turki.

        Turki menolak klaim itu, dan menyebutnya tidak rasional dan tidak sesuai dengan hukum internasional. Ankara menolak klaim landasan kontinen seluas 40.000 kilometer persegi yang diproyeksikan dari pulau seluas 10 km persegi yang terletak hanya dua km dari pantai Turki, sementara itu berjarak 580 km dari daratan Yunani.

        3. Mengapa Yunani menutup telinga terhadap seruan Turki untuk dialog?

        Dalam hukum internasional, prinsip “jarak” tidak disebutkan sebagai aturan untuk membatasi landas kontinen dan ZEE. Aturan dasar dalam hukum internasional dan Konvensi PBB tentang Hukum Laut adalah prinsip "pembagian yang adil".

        Menurutnya, pulau-pulau memiliki landas kontinen atau wilayah ZEE yang lebih kecil daripada daratan. Banyak faktor yang diperhitungkan saat ini, seperti ukuran pulau, lokasi, dan seberapa jauh mereka dari daratan.

        Sadar akan ketidakadilan ini, pihak Yunani menghindari duduk di meja perundingan dengan Turki, menuntut sebagai prasyarat agar Turki menghentikan kegiatan pengeboran sebelum menjalin dialog.

        Turki sebelumnya menarik kapal Oruc Reisnya untuk sementara sebagai tanda niat baik dan untuk menunjukkan siap untuk dialog. Tapi kemudian Yunani menandatangani kesepakatan maritim dengan Mesir meskipun ada upaya diplomatik Jerman untuk memulai negosiasi antara Turki dan Yunani.

        Yunani semakin meningkatkan ketegangan dengan mengadakan latihan militer bersama dengan Prancis dan Uni Emirat Arab di selatan pulau Kreta.

        4. Apa yang sedang dicari Prancis di kawasan itu?

        Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia telah mengadopsi "kebijakan garis merah" di kawasan tersebut guna mendukung Yunani melawan Turki atas eksplorasi energi.

        Dengan memprovokasi Athena dan mendorong Yunani untuk meningkatkan pengerahan militernya, Prancis akan memetik keuntungan pertama dari sikap Macron itu dengan penjualan 18 pesawat tempur jenis Rafale oleh Prancis ke Yunani.

        5. Bagaimana posisi aktor internasional lainnya?

        Negara-negara UE belum menetapkan kebijakan bersama untuk kawasan tersebut. Meskipun negara-negara Eropa mengeluarkan pernyataan yang mendukung Yunani dan Siprus Yunani demi "solidaritas sesama anggota UE," banyak negara menekankan pentingnya dialog untuk menyelesaikan krisis dengan Turki.

        Yunani dan Siprus Yunani menuntut sanksi terhadap Turki, tetapi Italia dan Spanyol tidak setuju. Sementara itu, Presiden AS Donald Trump sering menyerukan diplomasi tetapi tidak banyak memberikan komentar karena masalah domestik AS menjelang pemilihan presiden pada November.

        Namun, perlu dicatat bahwa Washington baru-baru ini mencabut sebagian embargo senjata selama beberapa dekade terhadap Siprus Yunani.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: