Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menag Kebal dari Omelan Jokowi: Ini Sesuai Arahan Presiden

        Menag Kebal dari Omelan Jokowi: Ini Sesuai Arahan Presiden Kredit Foto: Antara/M Risyal Hidayat
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Menteri Agama Fachrul Razi kerap menyampaikan pernyataan yang menjadi polemik di publik. Misalnya, soal kelompok radikal yang disebut menyusup lewat agen good looking dan hafiz.

        Meski demikian, Fachrul mengaku tidak pernah ditegur oleh Presiden Joko Widodo maupun Wakil Presiden Ma'ruf Amin karena setiap pernyataan yang disampaikan masih sesuai tugas pokoknya sebagai menteri agam.

        "Dari awal, arahan beliau (Presiden Jokowi) ke saya, selama Pak Fachrul melihat itu masih dalam tupoksi, lakukan. Menurut saya, enggak ada yang salah," katanya di Jakarta, belum lama ini.

        Baca Juga: PAN Ragukan Keislaman Menag, Jawaban PPP Berkelas...

        Mantan Wakil Panglima TNI itu mengakui banyak pihak yang habis-habisan menghujat dan menyerang dirinya setiap muncul polemik. Dia mengaku tak alergi terhadap kritik. Namun, tegasnya, kritik yang diarahkan ke dirinya harus kritik membangun dan tepat sasaran.

        "Kalau kritik bagus, saya terima dengan senang hati. Tapi, perlu juga saya luruskan, biar jangan salah. Itu kan keluarga di lingkungan ASN. Temanya juga ASN No Radikal. Kalau no radikal, mewaspadai dong potensi radikal. Kalau itu diangkat, salah dong yang ngangkat," tukasnya.

        Sebagaimana diketahui, pernyataan Fachrul soal good looking dan hafiz sebagai agen radikalisme mengemuka dalam webinar bertajuk Strategi Menangkal Radikalisme pada Aparatur Sipil Negara yang merupakan kegiatan internal ASN. Dalam acara tersebut, ia menerangkan sejumlah hal yang harus diwaspadai paham radikal di kalangan ASN. Pertama, saat rekrutmen. Kedua, saat pendidikan lanjutan. Ketiga, di rumah ibadah.

        "Itu acara internal ASN. Kalau sampai keluar, harusnya enggak usah dipersoalkan, kan acara internal. Harusnya, orang enggak usah tersinggung dong. Ini masjid yang saya maksud di lingkungan pemerintahan," tutur Fachrul.

        Baca Juga: Eks Panglima Marah ke Menag: Tangkap Saya, Sayalah yang Makar!

        Terkait rumah ibadah di kantor-kantor pemerintahan, Fachrul mengimbau para pengurus harus ASN. Karena, apabila dipegang orang luar maka sulit dikontrol. Ia khawatir terjadi penyusupan paham radikal mengingat paham seperti itu bisa masuk lewat mana saja.

        Dia mencontohkan, di Masjid Kementerian Agama (Kemenag), dilakukan ceramah rutin. Awalnya, ceramah itu diadakan setelah Dzuhur, setelah Salat Jumat, dan setelah Salat Ashar. Untuk yang setelah Ashar, Fachrul melarang.

        Sebab, saat itu para ASN di Kemenag sudah pulang. Kalau tetap diadakan maka cemarah itu akan diikuti orang-orang dari luar. Menurut Fachrul, waktu tersebut harus diwaspadai sebab pola penyebaran paham radikal biasanya seperti itu. Mereka masuk dulu satu dua orang yang good looking dan punya pengetahuan cukup tentang agama.

        Baca Juga: UAS ke Menag: Daripada Urus Program 'Kacang' Mending...

        Setelah diterima di lingkungan masjid, pelan-pelan ngomongnya mulai agak radikal. Setelah itu mereka mulai membawa teman-temannya masuk.

        "Nah, ini perlu diwaspadai oleh ASN. Sekali lagi saya sampaikan, ini di internal ASN," tegasnya. 

        Fachrul berharap, semestinya tak ada yang tersinggung ketika dirinya berpesan waspada kepada ASN. Pola menggunakan sosok good looking, lanjutnya, sebenarnya juga biasa dilakukan di dunia intelijen. Intelijen biasanya memasukkan orang-orang berpenampilan menarik ke elite tertentu untuk menggali informasi.

        "Sama seperti orang yang berpenampilan menarik dimasukkan intelijen ke dalam pergaulan elite. Dengan pernyataan itu, saya pikir tidak ada yang berpenampilan menarik, berpengetahuan luas tersinggung," ucapnya.

        Gara-gara persoalan ini, ada yang bilang Fachrul cuma fokus mengurusi paham radikal. Mendapati anggapan seperti itu, Fachrul lantas menyebutkan daftar pekerjaannya. Seperti mengurus ribuan pesantren, madrasah, sampai perguruan tinggi. Hal-hal semacam itu pun tak luput dari tupoksinya.

        "Paham radikal itu cuma seperseribu dari tugas saya," selorohnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Cahyo Prayogo

        Bagikan Artikel: