Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kisah Perusahaan Raksasa: Agricultural Bank of China, Si Empat Besar Penguasa Tiongkok

        Kisah Perusahaan Raksasa: Agricultural Bank of China, Si Empat Besar Penguasa Tiongkok Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Abad ke-21 sepertinya mencatat perjalanan China mengambil posisi penting dalam keuangan global. Faktanya, empat bank terbesar, berdasar asetnya, adalah milik orang-orang China, menurut S&P Global Market 2019. 

        Keempat bank itu adalah Industrial and Commercial Bank of China, China Construction Bank, Bank of China, dan Agricultural Bank of China. Keempatnya kini memiliki aset lebih dari 3 triliun dolar AS dengan nilai kolektif 1,07 persen.

        Baca Juga: Kisah Perusahaan Raksasa: AXA, Jalan Panjang Taipan Asuransi yang Lagi Melejit

        Bagaimana bank-bank China, khususnya Agricultural Bank of China bisa menjadi perusahaan raksasa dunia? Dikutip dan diolah dari berbagai sumber relevan, Warta Ekonomi hari Kamis (24/9/2020) ini siap mengulas perjalanan bank tersebut menjadi artikel sebagai berikut.

        Sistem perbankan China dipangkas di tahun-tahun awal Republik Rakyat China Berdiri. Dalam masa pemulihan setelah perang saudara China (1949-1952), People's Bank of China bergerak sangat efektif untuk menghentikan laju inflasi dan membawa keuangan negara di bawah kendali pusat. 

        Sejak berdirinya Republik Rakyat China pada 1949, AgBank telah beberapa kali dibentuk dan dihapuskan. Pada 1951, dua bank besar milik China, Farmers Bank of China dan Cooperation Bank bergabung menjadi Agricultural Cooperation Bank. 

        Agricultural Cooperation Bank dianggap sebagao leluhur dari AgBank. Namun Bank tersebut berubah kembali dan bergabung dengan People's Bank of China. 

        Barulah pada 1955 bank yang pertama kali menyandang nama Agricultural Bank of China didirikan. Ini adalah salah satu dari bank "Big Four" di China. Tujuannya, memfasilitasi operasi keuangan di daerah perdesaan. 

        Berkantor pusat di Dongcheng, Beijing, China, AgBank memiliki tugas pokok mendirikan dukungan keuangan pada unit pertanian di perdesaan. Bank mengeluarkan dana pinjaman, menyalurkan alokasi dana negara untuk pertanian, mengarahkan koperasi kredit perdesaan dan melaksanakan pengawasan keseluruhan keuangan perdesaaan.

        AgBank mulai berkembang pada akhir 1950-an dan pertengahan 1960-an. Bank ini agak merana ketika memasuki akhir 1970-an karena fungsi AgBank ditingkatkan secara mendasar untuk membantu mempromosikan produksi pertanian yang lebih tinggi. 

        Pada 1963, pemerintah China membentuk bank pertanian lain untuk digabungkan dengan AgBank. Lalu pada Februari 1979, AgBank diperkuat dengan restrukturisasi menjadi bank yang bernama Agricultural Bank of China Limited.

        Dengan adanya restrukturisasi, peran AgBank pun kembali dan diberi kewenangan lebih besar. Tujuannya ialah mendukung pertumbuhan dan perluasan bidang pertanian di bawah sistem yang saling bertanggungjawab. 

        AgBank kemudian membentuk koperasi kredit perdesaan. Itu adalah organisasi simpan pinjam kecil yang dimiliki secara kolektif pada masyarakat desa. Tugas dan fungsinya untuk menjadi sumber utama layanan keuangan skala kecil untuk masyarakat desa dan sekitarnya.

        Koperasi menangani simpan dan pinjam. Mereka mengkhususkan memberi pinjaman jangka pendek untuk keluarga petani individu, desa, dan organisasi koperasi lain. 

        Tunduk pada arahan AgBank, koperasi memiliki landasan kebijakan perbankan negara. Namun, mereka tetap bertindak sebagai unit independen dalam tujuan perhitungan kinerja. Pada 1985, unit koperasi di bawah AgBank itu memiliki simpanan total sebesar 72,5 miliar yuan.

        Selanjutnya, gejolak sekaligus perubahan banyak terjadi di sekitar tahun 2000-an. Yang paling terkenal AgBank menjadi korban penggelapan uang yang terbesardalam sejarah China. Dua manajer brankas AgBank cabang Handan, Hebei, pada April 2007 menggelapkan hampir 51 juta yuan atau setara 7,5 juta dolar AS.

        Namun hal baik juga menghampiri bank tersebut. Bank empat besar di China itu kembali direstrukturisasi menjadi perseroan terbatas saham gabungan pada Januari 2009. 

        Lantas pada Juli 2010, AgBank secara resmi terdaftar di Bursa Efek Shanghai dan Bursa Efek Hong Kong. Itu sekaligus menandai selesainya transformasi besar menjadi bank umum pemegang saham publik. 

        Saham A dan saham H dari AgBank masing-masing tercatat di kedua pasar saham tersebut. Setiap saham ditetapkan dengan nilai 2,7 yuan dan 3,3 yuan per saham. Harga saham H ditetapkan antara 2,88 dolar HK dan 3,48 dolar HK per saham. Harga saham final peluncuran initial public offering (IPO) tersebut dikeluarkan pada 7 Juli 2010.

        Setelah selesai pada Agustus 2010, IPO AgBank menjadi penawaran terbesar di dunia melampaui Industrial and Commercial Bank of China pada 2006 sebesar 21,9 miliar dolar AS. Rekor ini baru bisa dipecahkan lagi oleh perusahaan China lain, Alibaba, pada 2014.

        AgBank mengumpulkan 22,1 miliar dolar AS dalam IPO di Hong Kong dan Shanghai pada Agustus 2010. Itu terjadi setelah CICC, Goldman Sachs, dan Morgan Stanley memimpin penawaran Hong Kong, dengan JPMorgan, Macquarie, Deutsche Bank dan unit sekuritas AgBank sendiri juga terlibat. 

        CICC, Citic Securities, Galaxy dan Guotai Junan Securities menangani porsi Shanghai. AgBank menjual sekitar 40 persen dari penawaran Shanghai kepada 27 investor strategis termasuk China Life Insurance dan China State Construction. Sebelas investor dipilih untuk penawaran saham Hong Kong, termasuk Otoritas Investasi Qatar dan Otoritas Investasi Kuwait, dengan nilai gabungan 5,45 miliar dolar AS.

        Selepas menjadi perusahaan publik, AgBank mulai melakukan berbagai langkah baru. Pada 2012, perusahaan memulai proyek untuk memindahkan datanya ke Sistem Perbankan Avaloq. Lalu selama krisis Korea 2013, AgBank menghentikan bisnis dengan Bank Korea Utara yang dituduh oleh Amerika Serikat mendanai program rudal dan nuklir Pyongyang. 

        Sejak 2014, AgBank masuk dalam daftar Global Systemically Important Banks. Ini adalah sistem pelacakan bank-bank besar dan terpenting dalam keuangan suatu negara, serta pengaruhnya di pasar keuangan global. 

        Pada akhir 2015, AgBank memiliki total aset sebesar 17,79 juta yuan. Sementara keseluruhan pinjaman dan uang muka kepada nasabah sebesar 8,90 juta yuan. Simpanan perusahaan sendiri ada di angka 13,53 juta yuan. Untuk rasio kecukupan modal kini mencapai 13,40 persen. Laba bersih yang berhasil dicatat pada 2015  adalah sebesar 180,77 juta yuan.

        Hingga di tahun itu pula, AgBank memiliki 23.670 cabang di seluruh penjuru China. Cabang-cabang kemudian dikelompokkan berdasar tingkatannya. 

        Sejak 2015 pula, nama AgBank resmi tercantum dalam Global 500 milik Fortune di urutan ke-36. Di tahun yang sama, AgBank masuk dalam daftar Top 1000 World Banks milik The Bankers.

        Tahun berikutnya, total aset AgBank mencapai nilai 19,57 juta yuan. Sementara laba bersih yang diraih ada di angka lebih dari 184 juta yuan. Jadi rasio kecukupan modal milik bank ini mencapai 13,04 persen. 

        Lantas bagaimana posisi bank raksasa China itu di 2019 dan 2020? Dalam catatan terbaru Global 500 Fortune, AgBank pada 2019 menempati peringkat ke-36 dengan pendapatan tahunan sebesar 139,52 juta dolar AS meningkat 14 persen dari tahun sebelumnya. Aset perusahaan kini mencapai 3,29 triliun dolar AS dengan laba bersih ada di angka 30,65 juta dolar AS. 

        Di tahun 2020, posisi AgBank kembali naik ke nomor 35. Perusahaan kini memiliki aset sebesar 3,56 triliun dolar AS dengan pendapatana per tahun sebesar 147,31 dolar AS meningkat 5,6 persen dari tahun 2019. Laba bersih meningkat 0,1 persen dari 30,65 juta dolar menjadi 30,70 juta dolar AS di 2020. 

        Di bawah CEO Zang Qingsong, AgBank menjadi salah satu pemberi dana pinjaman untuk komersial terbesar di China, khususnya di daerah perdesaan. Itu dikarenakan wilayah tersebut baru menyerap dana sebesar 10,18 persen di paruh pertama 2020. 

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: