Tantangan Akuntan dalam Pemulihan Ekonomi Nasional Pasca Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 yang dilanjutkan dengan sejumlah pembatasan, melahirkan konstruksi baru ekonomi nasional dan global. Pada saatnya, dunia akan memasuki fase new normal dan pemulihan ekonomi inklusif berkelanjutan. Banyak perubahan yang akan terjadi di berbagai bidang, mulai dari sektor makro, regulasi, dinamika industri, teknologi, geopolitik, hingga perubahan perilaku manusia.
Demikian disampaikan Menteri Riset dan Teknologi RI/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN), Bambang Brodjonegoro, ketika menjadi keynote speaker pada Simposium Nasional Akuntansi (SNA) ke-23, yang digelar secara virtual. SNA ini mengangkat topik “Peran Akuntan Pendidik dalam Mewujudkan Sustainable Development melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi”.
Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai aktor sangat dibutuhkan dalam pemulihan ekonomi dan masyarakat melalui less contact economy dan berbagai program percepatan penanganan pandemi Covid-19. Dalam less contact economy, teknologi digital yang diterapkan dapat mendorong peluang tumbuhnya UKM yang menggerakkan ekonomi. Beberapa sektor potensial dengan dukungan teknologi diprediksi akan segera booming, seperti sektor fintech, e-commerce, urban planning (pengembangan sosial ekonomi daerah berbasis potensi unggulan daerah), energi, kesehatan dan manufakturing.
Menristek/BRIN menambahkan, dunia sedang berupaya menjadi tempat yang lebih baik. Pembangunan dunia yang pada tahap awal cenderung berfokus pada pembangunan ekonomi, dinilai telah gagal menghasilkan tujuan yang diinginkan berbagai negara, karena pembangunan ekonomi saja hanya akan berhasil untuk jangka pendek. Menurutnya, ada keterkaitan besar antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan, dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
“Sustainable Development Goals (SDGs) hadir karena belum berhasilnya pembangunan di berbagai negara sejak era 1950-an. Program Millenium Development Goals (MDGs) yang telah diinisiasi sebelumnya belum menjawab permasalahan dasar, terutama kemiskinan dan ketimpangan,” ujar Menristek/BRIN.
Baca Juga: Ingat, Akuntan Itu Wajib Paham Aplikasi Teknologi!
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Pengurus Nasional IAI, Mardiasmo menyampaikan, SNA adalah kegiatan tahunan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) IAI dan merupakan pertemuan akbar akuntan di Indonesia. Biasanya pada kegiatan ini bertemu para peneliti, akademisi, praktisi, dan mahasiswa akuntansi untuk saling bertukar pengetahuan, pengalaman, penelitian dan menjalin bekerjasama. Hanya saja kali ini semua aktivitas itu diselenggarakan secara virtual.
Terkait dengan tema SNA ke-23 virtual, Mardiasmo mengatakan, SDGs yang merupakan konsep keberlanjutan yang diinisiasi PBB sejak tahun 2015 dengan 17 target ambisius yang akan diraih pada tahun 2030, memiliki target besar yakni mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan secara global. SDGs akan membantu mewujudkan peluang baru dan memungkinkan pasar lokal tumbuh, memperkuat ekonomi global secara keseluruhan, hingga meningkatkan intensitas perdagangan di seluruh dunia.
Mardiasmo menambahkan, teknologi Informasi sebagai tools telah melahirkan cara pandang baru dalam melihat informasi sebagai alat pengambil keputusan dan menjadikannya aset berharga untuk memastikan entitas tetap relevan dalam dinamika ekonomi global. Revolusi teknologi ini telah memicu terjadinya transformasi yang telah melahirkan realita baru. Cara kerja, metode pembelajaran, model bisnis, hingga sudut pandang tentang nilai-nilai telah berubah mengikuti platform digital ekonomi.
“Di tengah pandemi Covid-19 ini kita bisa melihat langsung, bagaimana teknologi telah menjadi kebutuhan primer di setiap aspek, sekaligus mengubah banyak sekali metode yang selama ini menjadi keseharian kita,” ujar mantan Wakil Menteri Keuangan itu ketika membuka acara SNA.
Menurutnya, tantangan dari perkembangan teknologi adalah bagaimana menjadikan platform baru ini bisa dilaksanakan secara efisien dan efektif, sekaligus memberikan hasil yang optimal. Pengalaman mengajarkan selalu ada sisi positif dan negatif dalam pemanfaatan teknologi. Selain memberikan kemudahan di berbagai aspek, teknologi juga dapat membawa ekses negatif. Karena itu penting untuk memastikan governance bisa diterapkan di tengah masifnya perkembangan teknologi dewasa ini.
Di sisi lain, akuntansi memiliki peran penting dalam membantu sektor bisnis dan perekonomian dalam memaksimalkan peluang. Akuntan profesional di era digital harus bisa menjadikan teknologi yang berkembang sebagai tools dan enabler dalam upaya mencapai tujuan mulia dari SDGs.
“Aspek terpenting yang harus diperhatikan profesi ini di era revolusi industri adalah, bagaimana akuntan di dunia harus memiliki perspektif bahwa pada profesi kitalah disandarkan terbentuknya trust (kepercayaan) dan akuntabilitas yang tinggi dalam perekonomian digital,” ujar Mardiasmo.
Baca Juga: Partisipasi Akuntan Milenial di Pandemi pada Bayang-Bayang Resesi
Ia menambahkan, keberhasilan ini secara konsisten akan memiliki dampak penting dalam upaya mencapai sasaran SDGs. Akuntan profesional dapat memberi pengaruh luas dalam setiap usaha menuju sasaran pembangunan berkelanjutan, mulai dari mengembangkan program baru, manajemen risiko, hingga memberi bukti akan sebuah keberhasilan yang esensial. Ia menggaris bawahi, tugas utama akuntan dalam SDGs antara lain mendorong bisnis untuk memenuhi persyaratan SDGs melalui peningkatan kemampuan inovasi, menekankan pentingnya perilaku etis, fokus pada praktik terbaik dalam governance, dan membantu sektor bisnis dalam pelaporan keuangan mereka.
“Akuntan pendidik di seluruh Indonesia harus punya perspektif seperti ini sehingga bisa menghasilkan generasi muda akuntan yang potensial untuk menopang pembangunan berkelanjutan, serta mampu mengawal bangsa ini melewati berbagai krisis,” Mardiasmo menekankan.
Peluang dan Tantangan Indonesia di Era Revolusi Industri 4.0
Dalam pemaparan Keynote Speech,Menristek/BRIN menekankan bahwa Revolusi Industri 4.0 telah memberikan ancaman hilangnya peluang pekerjaan secara masif, terutama pekerjaan yang bersifat repetitif yang bisa tergantikan oleh otomasi mesin. Namun di sisi lain, akan banyak pekerjaan tercipta hingga tahun 2030. Sekitar 27 sampai 46 juta pekerjaan baru akan tercipta di sektor kesehatan, konstruksi, manufaktur, dan ritel. Sementara 10 juta peluang kerja yang tercipta adalah jenis pekerjaan yang belum pernah ada sebelumnya.
Disrupsi teknologi ini juga menghadirkan tantangan dalam sistem dan proses bisnis akuntansi. Elemen transformasi digital mengubah tatanan sistem bisnis akuntansi konvensional dengan hadirnya big data, artificial intelligence, cyber security, dan automation. Akuntansi keuangan dan auditor level junior juga akan terkena dampak karena banyak sifat pekerjaannya bersifat repetitif.
Menristek/BRIN mengatakan, akuntan di masa kini akan lebih berperan pada analisis bisnis dan tugas-tugas yang bernilai tinggi. Analisis data dan advisory menuntut spesialisasi yang tinggi, serta adanya peluang pemberian jasa akuntansi secara efisien dan mobile. Akuntan juga akan lebih berperan dalam mengatasi terjadinya underground economy. Melalui pemanfaatan big data, pemeriksaan yang dilakukan akuntan tidak lagi mengandalkan sampling data, sehingga fraud akibat financial engineering dapat diminimalkan.
Tampil sebagai salah satu pembicara SNA ke-23, Associate Professor dari Singapore Institute of Technology, Koh Sze Kee menyatakan bahwa para akuntan kini dapat menjadi partner strategis perusahaan dalam masa transisi menuju masa depan yang lebihsustainable. Perusahaan membutuhkan informasi berkualitas tinggi untuk memahami dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan. Akuntan sudah terlatih dalam mengukur, mengevaluasi, dan mengomunikasikan kinerja perusahaan. Keterampilan dasar itu kini harus dilengkapi dengan pemahaman akan model bisnis, penguasaan tehnologi, dan kemampuan untuk merelevansikan diri dengan berbagai perkembangan yang terjadi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri