RI Masuk Jurang Resesi, Usulan Rizal Ramli: Pak Jokowi, Mau Lanjut Gagal atau Pecat Menteri?
Ekonom Senior Rizal Ramli merespons pengakuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh negatif di kuartal III-2020.
Menurut dia, kabar tersebut bukan hal yang mengejutkan. Pasalnya, jauh-jauh hari pihaknya sudah mengingatkan bahwa ekonomi Indonesia mengalami resesi.
Sambungnya, ia menegaskan bahwa pihaknya sejak Agustus 2020, mengingatkanĀ bahwa perekonomian Indonesia sudah masuk dalam resesi sejak kuartal II tahun 2020.
Ia menegaskan hal tersebut mendasar atas hitung-hitungan yang lazim dipakai di dunia internasional, yaitu perbandingan dengan kuartal sebelumnya. Sementara Indonesia menggunakan hitungan sendiri, yaitu dengan membandingkan dengan periode kuartal yang sama di tahun sebelumnya.
"Kalau berdasarkan rumusan dunia internasional, bila ekonomi terus merosot selama dua kuartal ya berarti resesi," tuturnya, seperti dilansri, RMOL, Selasa (3/11/2020).
Lanjutnya, ia menyimpulkan bahwa resesi terjadi karena kebijakan ekonomi super-konservatif dan neoliberal yang sudah gagal. Presiden Jokowi, katanya, kini dihadapkan pada pertanyaan penting.
āAkankah mengulangi cara yang sama yang telah berulang gagal? Atau mengubah strategi dan pecat menteri neoliberal dan KKN?" tegasnya.
Tambah dia, "Kalau primary balance-nya positif itu tidak. Tapi kalau satu negara hanya untuk bayar utang juga mesti ngutang, itu negatif primary balance-nya. Dan ini adalah faktor perlambatan ekonomi," sambung mantan Menko Kemaritiman itu.
Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa tax ratio atau penerimaan pajak dibanding PDB sejak tahun lalu hanya 10 persen, sementara saat ini negatif. Artinya otoritas fiskal tidak efektif.
"Karena doyannya nguber (mengejar) yang kecil-kecil doang, sama yang gede-gede tidak berani. Justru dikasih tax holiday dan pembebasan pajak 20 tahun, dan sebagainya," tuturnya lagi.
Atas dasar itu juga, Rizal Ramli memberi julukan kepada Menteri Keungan Sri Mulyani sebagai menteri terbalik. Sebab, Sri Mulyani hanya fokus mengejar pajak kalangan menengah ke bawah atau yang kecil. Alhasil, tidak aneh jika penerimaan pajak menjadi kecil karena tidak fokus dengan yang besar.
"Sehingga sejak satu setangah tahun yang lalu, semua indikator makro Indonesia sudah merosot dan ekonomi akan melambat," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: