Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mengintip Para Dokter dan Ilmuwan yang Jadi Miliarder Berkat Pandemi Corona

        Mengintip Para Dokter dan Ilmuwan yang Jadi Miliarder Berkat Pandemi Corona Kredit Foto: Takvim
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Satu tahun sudah kasus pertama Covid-19 dilaporkan di kota Wuhan di China pada Desember 2019. Beberapa hari lagi, 2020 akan berakhir dan dunia bersiap menghadapi 2021 yang menjadi tahun penuh harapan.

        Dunia bisa saja mendekati awal dari berakhirnya pandemi yang telah menewaskan lebih dari 1,7 juta orang. Vaksinasi untuk Covid-19 sedang dilakukan di Amerika Serikat dan Inggris serta perawatan antibodi yang menjanjikan dapat membantu dokter melawan penyakit dengan lebih efektif.

        Baca Juga: Vaksin Pfizer Ampuh, Kekayaan Miliarder di Baliknya Langsung di Atas Awan!

        Dilansir dari Forbes di Jakarta, Selasa (29/12/2020) berkat rentetan terobosan tersebut, sejumlah miliarder baru muncul pada tahun 2020 dari jagat kesehatan. Kekayaan mereka didorong oleh lonjakan pasar saham saat investor berbondong-bondong ke perusahaan dalam pengembangan vaksin, perawatan, perangkat medis, dan hal lain yang berkaitan dengan kesehatan.

        Secara keseluruhan, Forbes menemukan 50 miliarder baru di sektor perawatan kesehatan pada tahun 2020 ini. Pendatang baru paling terkenal tahun ini adalah para ilmuwan di balik dua vaksin paling sukses untuk virus corona, yaitu vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech, serta Moderna. Kekayaan mereka pun kian meroket yakni pria berdarah Turki, Ugur Sahin dan pria berdarah Prancis, Stephane Bancel.

        Mereka hampir tidak dikenal pada awal tahun 2020, tetapi kedua pria itu kini menjadi miliarder dengan kekayaan yang meroket beberapa kali lipat. Sahin merupakan CEO BioNTech yang perusahaannya ia dirikan dengan Ozlem Tureci, istrinya yang kini menjadi kepala petugas medis perusahaan.

        Saat ini, kekayaan Sahin mencapai USD4,2 miliar dan mitranya dari Prancis di Moderna, Stephane Bancel, memiliki kekayaan USD4,1 miliar.

        Meroketnya Moderna juga menghasilkan dua miliarder lagi di antara investor awal mereka yaitu profesor Harvard Timothy Springer dan ilmuwan MIT Robert Langer. Vaksin tersebut akan membutuhkan miliaran botol kaca agar bisa diangkut dengan aman.

        Sergio Stevanato dari Italia pun unjuk gigi sebagai miliarder baru dan pemegang saham mayoritas di Grup Stevanato yang membuat botol kaca untuk beberapa lusin upaya vaksin di seluruh dunia.

        Bukan hanya vaksin, perusahaan yang mengembangkan perawatan antibodi dan obat-obatan untuk membantu dokter melawan virus juga mendapatkan keuntungan dari pasar yang gila-gilaan. Carl Hansen, CEO perusahaan bioteknologi Kanada, AbCellera, kini memiliki kekayaan USD2,9 miliar usai perusahaannya go public pada 11 Desember.

        Hal ini berkat persetujuan dari Food and Drug Administration (BPOM AS) bulan lalu untuk pengobatan antibodi yang dikembangkan dengan raksasa farmasi Eli Lilly. Bahkan perusahaan Medpace yang bekerja di belakang layar guna membantu perusahaan besar menguji obat dan perangkat baru telah melihat harga saham mereka mencapai titik tertinggi.

        CEO dan pendiri Medpace August Troendle sekarang memiliki kekayaan USD1,3 miliar berkat lonjakan hampir 70% dalam saham perusahaannya sejak awal tahun.

        Para mogul baru ini berasal dari 11 negara berbeda, namun mayoritas dari mereka tinggal di China, tempat wabah Covid-19 berasal. Tetapi kini, China menjadi rumah bagi hampir tiga lusin miliarder perawatan kesehatan baru di antaranya adalah Hu Kun, ketua produsen perangkat medis Contec Medical Systems.

        Saham Contec telah meningkat hampir 150% sejak IPO di Shenzen bulan Agustus lalu berkat penjualan produk luar negeri yang kuat mulai dari oksimeter denyut hingga ventilator yang semuanya diperlukan karena penyebaran Covid-19 di seluruh dunia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: