Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        BMKG Bukan Menakut-nakuti, Dear Warga Banten dan Jawa Tengah, Hati-Hati... Jakarta Juga!

        BMKG Bukan Menakut-nakuti, Dear Warga Banten dan Jawa Tengah, Hati-Hati... Jakarta Juga! Kredit Foto: Antara/Fikri Yusuf
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, A Fachri Radjab, menyampaikan informasi bahwa wilayah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Tengah, masuk dalam kategori siaga dengan adanya potensi hujan lebat yang dapat berdampak pada terjadinya banjir atau bandang dalam periode 8-9 Februari.

        Ia mengatakan, selain fenomena La Nina terdapat pula faktor dinamika atmosfer lain yang mempengaruhi peningkatan intensitas curah hujan ekstrem di beberapa daerah di Indonesia. Menurut dia, peringatan tentang musim hujan Indonesia akan terpengaruh La Nina sudah diberikan sejak Oktober 2020 lalu dengan fenomena itu masih berlangsung sampai saat ini dengan intensitas moderat.

        "Selain ada faktor-faktor dinamika atmosfer yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan awan hujan di Indonesia, di antaranya saat ini masih terdeteksi monsun Asia kemudian adanya daerah-daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia," katanya di Jakarta Senin (8/2/2021).

        Baca Juga: Waspada, Orang-orang Jakarta Harus Cek Ramalan BMKG untuk Pagi Ini

        Lanjutnya, ia mengatakan jika fenomena pertemuan angin seperti kendaraan yang bertemu di perempatan jalan yang dapat menimbulkan penumpukan. Sambungnya, dengan terjadi pertemuan angin di atas Indonesia itu dan suhu makin dingin maka akan terbentuk awan.

        Kemudian, daerah pertemuan muncul di Indonesia sendiri terjadi karena monsun Asia yang masuk ke selatan karena adanya daerah-daerah tekanan rendah di utara Australia.

        "Itu makanya banyak terbentuk daerah pertemuan angin di atas wilayah Indonesia," tambahnya.

        Lebih lanjut, ia mengatakan selain faktor global La Nina dan faktor regional yang menyebabkan daerah pertemuan angin tersebut, serta adanya faktor lokal.

        Sambungnya, faktor lokal penyebab meningkatnya curah hujan ekstrem adalah stabilitas udara yang cenderung labil atau mudah terangkat yang dapat membentuk awan. 

        "Kombinasi tiga skala itu maka banyak terbentuk awan-awan hujan di Indonesia," ujar Fachri.

        Baca Juga: Misteri Dentuman Ledakan di Bali, BMKG: Bukan Gempa Tektonik

        Selain itu, ia menambahkan bahwa BMKG juga mengategorikan Bengkulu, Lampung, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Papua Barat dan Papua dalam kategori waspada.

        Sebagaimana diketahui, beberapa wilayah di Jawa Tengah dan DKI Jakarta mengalami bencana banjir belakangan ini.

        Saat meninjau kondisi pintu air di Manggarai, Jakarta Selatan, pada Senin (8/2/2021), Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan mengatakan Pemprov DKI telah siaga untuk memantau kondisi curah hujan yang ada di kawasan pegunungan, dengan tujuan mengukur jumlah volume air yang mengalir ke arah hilir.

        Menurutnya, seluruh jajaran SDA DKI konsisten memantau kondisi bendungan Katulampa Bogor, Depok, hingga pintu air Manggarai agar koordinasi antar pintu air di Jakarta aman terkendali.

        "Kita bersyukur bahwa program gerebek lumpur yang kita jalankan dalam beberapa bulan terakhir telah menunjukkan hasilnya. Di mana saluran-saluran air dalam sistem drainase di Jakarta, sendimentasinya bisa dibersihkan," urai Anies.

        Baca Juga: Halo Mas Anies, Kamu Nggak Perlu Mikir Tangani Banjir, Ikuti Ahok Aja, Beres!

        Adapun, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah titik banjir di Kota Semarang, Minggu (7/2/2021) mengatakan tidak boleh ada hal administratif yang menghambat penanganan banjir. Apalagi, pihaknya menegaskan kondisi saat ini sedang darurat.

        Menurutnya, kondisi darurat harus dilakukan tindakan cepat. Meski pekerjaan belum diserahkan ke Pemkot Semarang, namun pompa di kawasan Mberok Kota Lama itu harus berfungsi optimal.

        Pihaknya menegaskan tidak boleh ada alasan administratif untuk menunda penanganan bencana. Apalagi diketahui, pompa Mberok adalah tumpuan utama untuk menangani persoalan banjir di kawasan Kota Lama.

        "Ini kalau tidak segera surut, padahal hanya disedot dari situ. Maka tidak boleh hanya karena administrasi itu menghambat," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: