Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Apa Itu Imported Inflation?

        Apa Itu Imported Inflation? Kredit Foto: Antara/Candra Yanuarsyah
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Imported inflation adalah inflasi impor bagi negara-negara yang sebagian besar produksinya bergantung pada impor. Ini adalah situasi di mana kenaikan inflasi tidak hanya disebabkan oleh peningkatan permintaan atau output agregat, tetapi juga dapat disebabkan oleh hilangnya nilai mata uang negara atau peristiwa lain yang terjadi di pasar internasional.

        Ketika harga impor meningkat, harga semua barang dan jasa meningkat. Inflasi impor dapat disebabkan oleh nilai tukar mata uang asing. 

        Dalam bahasa Indonesia Imported Inflation disebut sebagai inflasi impor adalah kenaikan harga umum dan berkelanjutan karena kenaikan biaya produk-produk impor.

        Baca Juga: Apa Itu Impor?

        Kenaikan harga ini berkaitan dengan harga bahan baku dan semua produk atau layanan impor yang digunakan oleh perusahaan di suatu negara. 

        Inflasi adalah gejala ekonomi yang tidak mungkin dihilangkan secara tuntas. Berbagai upaya yang dilakukan biasanya hanya sebatas pengendalian inflasi saja. Inflasi impor juga disebut sebagai inflasi biaya.

        Inflasi impor biasanya disebabkan oleh penurunan nilai mata uang suatu negara. Semakin banyak mata uang terdepresiasi di pasar valuta asing, semakin tinggi harga impor. Sehingga lebih banyak uang diperlukan untuk membeli barang dan jasa di luar negeri.

        Dengan inflasi impor, biaya produksi juga menjadi lebih tinggi untuk perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini paling sering mencerminkan kenaikan harga jual barang dan jasa yang dijual. Akibatnya, harga di dalam negeri naik. 

        Sebagai contoh, sebuah perusahaan Prancis yang memproduksi pakaian katun untuk dapat memproduksi garmen tersebut, perusahaan harus membeli kapas dari luar negeri, karena Perancis bukanlah produsen kapas. Oleh karena itu, mereka mengimpor kapas yang dibayar dengan Euro.

        Jika nilai euro jatuh terhadap mata uang negara pengekspor kapas, ia harus membayar lebih banyak euro untuk mendapatkan pasokan. Untuk menjaga marginnya, perusahaan kemudian memutuskan untuk menaikkan harga jual pakaiannya di Prancis. Ini kemudian disebut inflasi impor, karena harga jual pakaian yang dijual di Prancis meningkat karena kenaikan biaya produksi.

        Di Indonesia, salah satu barang impor yang cukup signigikan mempengaruhi inflasi adalah harga minyak. Karena Indonesia masih tergantung pada impor minyak, kenaikan tinggi atas harga minyak mendorong kenaikan biaya produksi di berbagai sektor, mulai dari transportasi, ketenagalistrikan, hingga industri manufaktur. Oleh karena itu, ketika subsidi dikurangi dan harga minyak masih tinggi, harga barang pada umumnya melonjak.

        Selain melonjaknya harga barang-barang impor sebagai penyebab inflasi, depresiasi juga berkontribusi terhadap harga beli para importir. Semakin besar depresiasi mata uang, semakin tinggi harga impor. Akibatnya, importir harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli barang impor.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Fajria Anindya Utami
        Editor: Fajria Anindya Utami

        Bagikan Artikel: