Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Trump Bilang Kelakuan Biden dan Tentara Amerika Kekanak-kanakan

        Trump Bilang Kelakuan Biden dan Tentara Amerika Kekanak-kanakan Kredit Foto: Antara/REUTERS/Tom Brenner
        Warta Ekonomi, Washington -

        Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa (28/9/2021) mengatakan, penarikan pasukan AS dari Afghanistan dikembangkan oleh pemikiran kekanak-kanakan. Trump melontarkan pernyataan tersebut setelah dua pejabat tinggi militer dan menteri pertahanan AS melakukan audiensi dengan Senat.

        Menurut Trump, penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang tidak kompeten itu, tidak memiliki keterkaitan dengan pemerintahan di masa lalu. Diketahui, pada Februari 2020 pemerintahan Trump membuat kesepakatan dengan Taliban untuk menarik pasukan asing dari Afghanistan mulai 1 Mei 2021.

        Baca Juga: Penasihat Era Trump Senggol Biden: Kita Lihat, Taliban Bisa Ambil Senjata Nuklir

        Trump menegaskan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden bertanggung jawab atas penarikan pasukan tersebut.

        "Penarikan yang mengerikan itu disebabkan karena militer keluar sebelum warga Amerika dan membawa peralatan militer kelas tertinggi senilai 85 miliar dolar AS. Penarikan ini dikembangkan oleh pemikiran anak-anak, dan hanya pemerintahan Biden yang bertanggung jawab untuk itu," ujar Trump, dilansir Sputnik News, Rabu (29/9/2021).

        Dalam kesaksiannya pada hari Selasa, Menteri Pertahanan Lloyd Austin membenarkan penarikan itu di hadapan Komite Angkatan Bersenjata Senat. Austin beralasan bahwa, mempertahankan pasukan di Afghanistan setelah akhir Agustus akan membahayakan warga dan tidak mengubah jumlah pengungsi yang dievakuasi .

        Dalam audiensi dengan Senat, Kepala Staf Gabungan Mark Milley mengatakan, setelah pemilu pada November, dia  menerima perintah dari Presiden Trump  untuk melanjutkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan. 

        Setelah membahas risiko penarikan pasukan dengan Gedung Putih, perintah itu direvisi untuk mengurangi pasukan AS menjadi 2.500. Milley mengatakan, Taliban tidak mematuhi persyaratan perjanjian.

        Presiden Biden melakukan peninjauan antarlembaga, setelah menjabat pada Januari lalu. Pada April, Biden mengumumkan penarikan pasukan AS dari Afghanistan yang dilakukan secara bertahap mulai Mei hingga 11 September. Kemudian tanggal batas akhir penarikan pasukan direvisi menjadi 31 Agustus.

        "Tidak ada alasan untuk terburu-buru, tidak ada tentara yang terbunuh atau bahkan ditembak selama lebih dari 18 bulan. Tapi kemudian Biden dan Milley menarik (pasukan) militer dalam salah satu langkah paling bodoh dalam sejarah. Ini angat menyedihkan bagi bangsa kita," kata Trump.

        Membalas Milley

        Dalam pernyataan lain, menurut The New York Post, Trump mengarahkan pembalasannya kepada Milley. Sang jenderal mengaku diwawancarai untuk tiga buku yang membeberkan pemerintahan Trump. Trump menyindir Milley dengan mengatakan bahwa, Milley terlalu sibuk dengan wawancara buku sehingga melupakan masalah Afghanistan.

        “Tidak heran penarikan Afghanistan adalah bencana seperti itu. Jenderal Milley menghabiskan seluruh waktunya berbicara dengan para penulis buku palsu ini. Dia bukan Prajurit atau Jenderal, dia agen hubungan masyarakat. Amerika akan terus kalah dengan Milley dan membangunkan jenderal televisi yang hanya ingin menjadi bintang," kata Trump.

        Trump berulang kali mengecam penarikan pasukan AS  dan kekacauan proses evakuasi warga pada Agustus lalu. Menjelang berakhirnya penarikan pasukan, terjadi serangan bom bunuh diri di sekitar bandara Kabul yang menewaskan 13 tentara AS dan ratusan warga sipil lainnya. Menurut Trump, penarikan pasukan AS tersebut harus diselidiki lebih lanjut.

        "Ini perlu diselidiki lebih lanjut. Tiga belas pahlawan Amerika tewas, miliaran dolar peralatan, dan ratusan orang Amerika masih tertinggal di Afghanistan bersama Taliban," kata Trump.

        Trump telah berulang kali mengecam evakuasi warga yang kacau dari negara itu melalui bandara Kabul, termasuk fakta bahwa sebagian besar pasukan militer meninggalkan negara itu sebelum warga sipil. Trump secara eksplisit mengatakan bahwa, pemerintah seharusnya menarik militer setelah semua orang keluar dari Afghanistan.

        Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin dan Milley pada Selasa (28/9), mengakui kegagalan penarikan pasukan AS dari Afghanistan. Di hadapan Senat, mereka mengatakan bahwa penarikan pasukan AS dan proses evakuasi mengalami kekacauan.

        "Perang di Afghanistan tidak berakhir seperti yang kita inginkan, Taliban sekarang berkuasa di Kabul,” kata Milley kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat.

        Milley memperingatkan bahwa, kembalinya Taliban di Afghanistan dapat berpotensi menimbulkan perang saudara.

        Dalam audiensi dengan Komite Angkatan Bersenjata Senat, Milley dan Kepala Komando Pusat Militer AS Frank McKenzie, telah memperingatkan penilaian profesional militer mereka kepada pemerintah. Menurut mereka, pemerintah yang didukung Barat di Kabul akan jatuh jika AS menarik semua pasukan.

        “Analisis saya adalah bahwa penarikan yang dipercepat, tanpa memenuhi persyaratan khusus dan perlu, berisiko kehilangan keuntungan substansial yang dibuat di Afghanistan, merusak kredibilitas AS di seluruh dunia dan dapat memicu keruntuhan NSF dan pemerintah Afghanistan, yang mengakibatkan pengambilalihan Taliban sepenuhnya, atau perang saudara,” kata Milley, dilansir Aljazirah.

        Milley menyebut penarikan pasukan AS dari Afghanistan sebagai kegagalan strategis. Sementara itu, McKenzie mengatakan, dia juga telah menilai Kabul akan jatuh jika AS mundur.

         “Pandangan saya adalah bahwa 2.500 personel  pasukan adalah jumlah yang tepat untuk tetap (berada di Afghanistan), dan jika kita pergi di bawah angka itu, pada kenyataannya, kita mungkin akan menyaksikan runtuhnya pemerintah Afghanistan dan militer Afghanistan," kata McKenzie.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: