Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        PP Muhammadiyah ke Gus Yaqut: Masih Saja Belum Akil-Balig

        PP Muhammadiyah ke Gus Yaqut: Masih Saja Belum Akil-Balig Kredit Foto: Twitter/Yaqut Cholil Qoumas
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir memberi krtik keras kepada Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas yang mengatakan Kementerian Agama adalah hadiah dari perintah buat Nahdatul Ulama (NU).

        Dia menegaskan pernyataa GusYaqut tersebut menandakan, yan bersangkutan belum matang atau belum dewasa dalam berbangsa dan bernegara. Dia menegaskan, pernyataan itu dapat menimbulkan perpecahan.

        “Masih saja ada yang belum beranjak akil-balig dalam berbangsa dan bernegara. Semisal elite negeri yang menyatakan suatu Kementerian Negara lahir diperuntukkan golongan tertentu dan karenanya layak dikuasai oleh kelompoknya. Suatu narasi radikal yang menunjukkan rendahnya penghayatan keindonesiaan,” ujar Haedar Nashir dikutip Populis.id dari laman resmi Muhammdiyah, Senin (25/10/2021). Baca Juga: Digebuk Kiri Kanan, Gus Yaqut Teriak: Salah Nggak Itu? Saya Tanya, Salah Nggak Itu?

        Dia menilai, pernyataan itu sebagai sebuah ironi di Indonesia. Di mana banyak terdapat paradoks lain yang sama gawat. Dunia politik, ekonomi, dan kekayaan alam dikuasai oleh sekelompok kecil pihak dan ramai-ramai membangun sangkar besi oligarki.

        “Negara Republik Indonesia yang susah payah diperjuangkan kemerdekaannya oleh seluruh rakyat dengan segenap jiwa raga, direngkuh menjadi miliknya,” ujarnya.

        Haedar Nashir mengatakan, Indonesia adalah milik bersama. Sebab diperjuangan oleh semua golongan melihat organisasinya.

        “Indonesia itu lahir dan hidup untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Sukarno dalam pidato 1 Juni tahun 1945 dalam sidang BPUPKI yang monumental menyatakan dengan lantang bahwa “Kita hendak mendirikan suatu negara buat semua. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan maupun golongan yang kaya, tetapi semua buat semua," ungkapnya.

        Dia mengatakan, Indonesia milik semua itu sudah disegel oleh konstitusi. Sila ketiga Pancasila ialah Persatuan Indonesia. Sila keempat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Sila kelima ialah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

        “Kurang apa lagi? Semua menunjukkan substansi yang hakiki bahwa Negara Republik Indonesia itu merdeka untuk semua rakyat Indonesia tanpa kecuali, tanpa diskriminasi, dan tanpa arogansi oleh sekelompok kecil maupun besar apa pun yang merusak keutuhan, persatuan, dan kebersamaan” katanya.

        “Jika hasrat kuasa diri dan kroni menjelma menjadi sangkar besi, lantas di mana ajaran luhur agama dan nilai suci Ilahi masuk ke jantung hati!” pungkas Haedar. Baca Juga: Magis Ganjar di Atas Prabowo & Anies di Survei Poltracking

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: