Perusahaan penyedia menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), secara resmi telah mengumumkan rencananya untuk melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) dengan melepas 25,54 miliar sahamnya ke publik. Jumlah tersebut setara dengan 29,85 persen dari keseluruhan kepemilikan saham dari perusahaan yang merupakan anak usaha PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) itu. Rencananya, saham tersebut bakal ditawarkan dengan kisaran harga Rp775 hingga Rp975 per saham. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan proses IPO ini Mitratel tengah mengincar perolehan dana segar hingga Rp24,9 triliun!
Tanda seru memang pantas disematkan di belakang deretan angka tersebut, lantaran nominal itu bahkan lebih besar dari perolehan dana IPO Bukalapak yang hingga saat ini masih tercatat menjadi yang terbesar di Indonesia, dengan nilai mencapai Rp21,9 triliun. Menurut manajemen, dana sebesar itu diantaranya bakal digunakan untuk mengakuisisi sedikitnya 6.000 menara telekomunikasi. “Mungkin target perkiraan menara yang kami akuisisi sekitar 6.000 tower (menara) dari belanja yang kami siapkan mayoritas dari IPO ini," kata Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama dalam konferensi pers virtual, Selasa (26/10).
Dengan terus memperbanyak dan lalu mengkonsolidasikan menara telekomunikasi, menurut Hendra, diharapkan dapat membuat bisnis Mitratel ke depan menjadi jauh lebih efisien. Sebelum ini, Mitratel diketahui sudah lebih dulu mengambil alih 4.000 menara Telkomsel dari kepemilikan Telkom dengan nilai mencapai Rp5 triliun. Tak hanya itu, Sang Induk juga pernah mengalihkan aset berupa 10.500 unit menara ke Mitratel. “Termasuk juga untuk (rencana akuisisi 6.000 menara) ke depan, kami juga membuka peluang untuk mengakuisisi menara-menara di luar Grup Telkom, jika memang ada peluang. Kami tidak ingin membatasi, karena akuisisi bisa dari pihak mana pun,” tutur Hendra.
Terkait pelaksanaan IPO, pihak Mitratel diketahui telah menunjuk PT BRI Danareksa Sekuritas dan PT Mandiri Sekuritas untuk bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek (underwriter). Masa penawaran sendiri bakal berlangsung pada 26 Oktober hingga 4 November 2021. Sedangkan tanggal efektif pernyataan pendaftaran dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diperkirakan bakal diterima pada 12 November 2021 mendatang. Sementara itu, masa penawaran umum dijadwalkan berlangsung pada 16 - 18 November, dan masa penjatahan pada 18 November. Sebagai puncaknya, proses pencatatan perdana efek di Bursa Efek Indonesia (BEI) bakal dilakukan pada 22 November 2021 mendatang.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Taufan Sukma
Editor: Taufan Sukma