Profil Lukminto, Pendiri Raksasa Tekstil Sritex yang Kini di Ambang Kebangkrutan
H.M. Lukminto adalah sosok yang membuktikan bahwa tekad dan kerja keras dapat mengubah mimpi menjadi kenyataan. Lahir pada 1 Juni 1946 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, Lukminto harus menghadapi kenyataan pahit setelah insiden G30S/PKI yang memaksanya putus sekolah.
Namun, keadaan itu tidak mematahkan semangatnya. Dengan bantuan modal dari orang tuanya, ia memulai perjalanan bisnis sebagai pedagang kain di Pasar Klewer, Solo, yang turut menjadi awal berdirinya usaha "UD Sri Redjeki" pada tahun 1966.
Bermodalkan kejelian membaca peluang, Lukminto pun berhasil membangun pabrik tekstil pertamanya di Semanggi, Solo, pada tahun 1972. Sepuluh tahun kemudian, ia memperluas usahanya dengan mendirikan pabrik tenun di Sukoharjo dengan nama PT Sri Rejeki Isman. Dari sinilah nama "Sritex" mulai dikenal sebagai salah satu produsen tekstil terkemuka di Indonesia.
Baca Juga: Putusan Pailit Inkrah, 10 Ribu Buruh Sritex Siap Demo Besar-Besaran di Jakarta
Keberhasilan Lukminto tidak hanya terbatas di pasar domestik. Pada tahun 1994, Sritex mencapai tonggak sejarah penting ketika dipercaya memproduksi seragam militer untuk NATO dan Jerman.
Hal ini membuktikan bahwa kualitas produk Sritex mampu bersaing di pasar internasional. Di bawah kepemimpinannya, Sritex berkembang menjadi salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara.
Namun, perjalanan gemilang ini tidak lepas dari tantangan. Setelah meninggalnya H.M. Lukminto pada tahun 2014, tongkat estafet kepemimpinan diserahkan kepada anak sulungnya, Iwan Lukminto. Meski telah diwariskan pondasi yang kuat, Sritex menghadapi masa-masa sulit, termasuk tekanan keuangan yang semakin berat.
Puncaknya pada Oktober 2024, Pengadilan Negeri Semarang menyatakan Sritex dalam kondisi pailit. Kabar ini menjadi pukulan besar bagi salah satu ikon tekstil Indonesia yang telah berdiri selama lebih dari lima dekade.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Belinda Safitri
Editor: Belinda Safitri
Tag Terkait:
Advertisement