Akhirnya, Penerbangan Pertama yang Angkut Bantuan Kemanusiaan Menuju Tonga
Penerbangan pertama yang mengangkut bantuan kemanusiaan akhirnya bisa diupayakan, dan kini dilaporkan sedang dalam perjalanan ke Tonga.
Seperti diwartakan CNA, penerbangan itu dilakukan lima hari usai bencana ganda erupsi dan tsunami memutuskan Tonga dari seluruh dua.
Baca Juga: Angkatan Laut Selandia Baru Bawa Bantuan Kemanusiaan untuk Korban di Tonga
Para pejabat di Australia dan Selandia Baru mengonfirmasi penerbangan bantuan kemanusiaan itu. Kedua negara itu mengungkap bahwa dua pesawat angkut militer akan tiba dalam beberapa jam di bandara utama Tonga yang baru saja dibersihkan dari abu.
"(Pesawat) C17 Globemaster berangkat dari Pangkalan Bandara Amberley sekitar pukul 7 pagi hari ini," kata seorang pejabat pertahanan Australia kepada AFP, dengan Selandia Baru juga mengonfirmasi pesawatnya, C-130 Hercules sedang dalam perjalanan setelah beberapa hari penundaan.
Baik penerbangan dari Australia dan Selandia Baru, keduanya akan membawa perlengkapan kemanusiaan dan peralatan telekomunikasi untuk Tonga.
Jaringan berita dan komunikasi dari Tonga menjadi sangat terbatas karena bencana akhir pekan lalu telah merusak kabel komunikasi bawah laut. Karena keterbatasan komunikasi itu jugalah, dampak bencana dari Tonga belum bisa dilihat jelas. Begitu pula dengan upaya kemanusiaan yang ikut terganggu.
Beberapa waktu lalu, warga Tonga mulai membersihkan landasan pacu dari selimut tebal abu vulkanik, mencoba memuluskan jalan untuk penerbangan bantuan di area Bandara Internasional Fua'amotu.
Partikel abu dapat menjadi racun dan menjadi ancaman bagi pesawat jet modern, termasuk melelehkan mesin dan terakumulasi di dalamnya.
Situasi yang buruk di bandara Tonga juga telah dikonfirmasi oleh Koordinator Krisis PBB Jonathan Veitch. Pada Rabu (19/1/2022) malam, Veitch mengungkap bahwa landasan pacu di pulau utama kerajaan Pasifik itu terkubur dalam abu dengan tebal mencapai 5-10 cm.
Bandara itu pun kini akhirnya kembali beroperasi setelah kerja keras warga Tonga berhari-hari dalam membersihkan landasan.
Bantuan termasuk air untuk warga Tonga
Menurut PBB pada Rabu, lebih dari 80 persen dari 100 ribu penduduk Tonga terkena dampak dari bencana, dan penilaian awal menunjukkan kebutuhan mendesak untuk air minum.
Ketika kaldera bawah laut meledak, ia menembakkan puing-puing sejauh 30 km ke udara, menyimpan abu dan hujan asam, mengguyur seluruh Tonga, lalu meracuni persediaan air di sana.
"Pasokan air di seluruh Tonga sangat terpengaruh oleh hujan abu dan air asin dari tsunami," kata Katie Greenwood dari Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Greenwood menambahkan adanya 'risiko penyakit yang meningkat seperti kolera dan diare'.
Australia dan Selandia Baru telah menanggapi krisis itu dengan ikut mengirimkan bantuan berupa air. Mereka mengaku telah mengangkut pasokan air dan sarana desalinasi dengan produksi 70 ribu liter per hari.
Kedua negara itu juga telah mengumumkan pengerahan personel hidrografi hingga penyelam angkatan laut untuk mensurvei saluran pelayaran.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: