Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Mohon Sabar dan Siap-siap! Puasa Tahun 2022 Secara Ekonomi Dinilai Berat untuk Masyarakat, Simak!

        Mohon Sabar dan Siap-siap! Puasa Tahun 2022 Secara Ekonomi Dinilai Berat untuk Masyarakat, Simak! Kredit Foto: Antara/Adeng Bustomi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        “Ancaman” kenaikan harga BBM mulai dirasakan seiring dengan situasi global yang terus memanas. Serangan Rusia ke Ukraina serta konflik antara Arab Saudi dan Yaman adalah di antara situasi yang menyebabkan harga minyak dunia bergejolak.

        Dampak dari kondisi dan situasi global terkait harga minyak dunia juga akan dirasakan oleh Indonesia.

        Achmad Nur Hidayat MPP Pakar Kebijakan Publik NARASI INSTITUTE menjelaskan bahwa yang paling terasa dampaknya akibat gejolak harga minyak dunia ini adalah BBM Non Subsidi yakni Pertamax.

        Meski memang konsumsi atau penggunaan pertamax masih di angka 17 persen. Namun masyarakat tidak bisa terus-terusan merasa “aman”. Achmad melanjutkan bahasannya dengan menyebut bahwa kedepan pertalite yang saat ini adalah BBM subsidi nasibnya bisa serupa dengan premium yang saat ini sangat sulit didapat.

        Baca Juga: Harga Minyak Dunia Terus Bergejolak, Harga BBM di Indonesia Ikut Merangkak? Waspada!

        Ini terkait dengan situasi dugaan “nomboknya” pertamina sejak 2020-2021.

        “Ini utang yang besar. Mungkin karena utang ini BBM bersubsidi menjadi hilang dipasaran. Sulit sekali menemukan BBM premiun (RON 88) di pompa-pompa bensin Januari-Maret 2022 ini,” tegas Achmad.

        Pada akhirnya, lanjut Achmad masyarakat akan “dipaksa” untuk menggunakan BBM non subsidi yang mana harganya bisa mencekik mereka.

        Achmad juga melanjutkan bahasannya dengan menyinggung datangnya bulan suci Ramadan yang lagi-lagi masyarakat diprediksi akan mengalami kesulitan.

        Masalah Minyak Goreng yang Berkepanjangan dan Bulan Puasa di Depan Mata

        Setumpuk masalah minyak goreng di Indonesia menjadi momok di pemerintahan Jokowi priode kedua ini. Antrean panjang sempat terjadi dan sangat mudah ditemukan hanya demi mendapat minyak goreng yang bisa dijangkau emak-emak.

        Korban jiwa pun sudah jatuh akibat masalah ini dan menjadi catatan kelam pemerintahan saat ini.

        Kini menghadapi bulan suci Ramadan, masyarakat juga mulai dihantui oleh kemungkinan banyaknya harga sembako yang naik.

        “Situasi menjelang ramadhan 2022 ini, selain kenaikan BBM, rakyat akan dihadapi kenaikan PPN 11 persen, mahal dan langkanya minyak goreng, Gula Pasir dan Daging juga naik pada puasa nanti,” tegas Achmad.

        “Seluruh BBM bersubsidi sudah dirasakan menghilang dari pompa-pompa bensin. Solar, Premium dan mungkin juga nanti pertalite akan sulit ditemukan. Rakyat dipaksa mengisi tank kendarannya dengan BBM NONSUBDISI,” tambah Achmad.

        Untuk itu Achmad mengungkapkan beberapa saran agar pemerintah mengatasi masalah ini secepatnya.

        Dirinya dengan tegas mengungkapkan masalah ini diselesaikan bukan dengan pencitraan, namun dengan kebijakan konkret yang meliputi berbagai aspek seperti masyarakat, pemangku kebiajkan, dan ketegasan dalam menindak siapa saja yang bermain dengan kebutuhan-kebutuhan bahan pokok masyarakat.

        “Saran terbaik adalah segera atasi masalah-masalah bahan pokok tersebut bukan dengan pecitraan namun dengan kebijakan kongkret yang cerdas diantaranya mobilisasi rakyat untuk hidup lebih mandiri dari hasil produksi sendiri, memenuhi kebutuhan pokok dari kebun rakyat sendiri, pasar oligariki harus diurai, penjahat penimbun harus ditangkap dan digitalisasi pemasok bahan pokok sehingga rakyat mampu mengetahui secara realtime ketersediaan dan harga pokok dari petani,” jelas Achmad.

        Baca Juga: Masyarakat Mohon Sabar dan Siap-siap! Nasib Pertalite Diprediksi Akan Sama dengan Premium

        Lanjut Achmad, Pemerintah juga harus sudah mempersiapkan langkah antisipasi dampak ditimbulkan dari kenaikan harga minyak ini. Langkah antisipasi diantaranya dengan mempercepat konversi minyak nabati menjadi BBM menggunakan teknologi dari anak-anak bangsa, seperti mempercepat implementasi D100 (Diesel) dan B100 (Bensin) dari Sawit.

        Terkahir Achmad mengingatkan apabila langkah antisipasi tidak dilakukan dengan baik dan maksimal, maka masyarakat akan merasakan penderitaan.

        “Jika langkah antisipasi tidak cukup baik dan siap tentunya masyarakat akan merasakan penderitaan secara bertubi-tubi sebagai dampak kenaikan BBM dan dampak turunan yang ditimbulkannya khususnya di Puasa 2022 ini,” pungkas Achmad.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Bayu Muhardianto

        Bagikan Artikel: