Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Aspek Sustainability Sawit Makin Berkembang, UE Jangan Hanya Fokus Isu Deforestasi!

        Aspek Sustainability Sawit Makin Berkembang, UE Jangan Hanya Fokus Isu Deforestasi! Kredit Foto: Antara/Wahdi Septiawan
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dirjen Dewan Minyak Sawit Malaysia MPOB, Datuk Dr. Ahmad Parveez Ghulam Kadir, mendesak Uni Eropa (UE) untuk tidak hanya berfokus pada isu deforestasi, tetapi harus melihat aspek keberlanjutan dan pelestarian cadangan lahan lainnya yang sudah dilakukan produsen minyak sawit dunia.

        Dicatatkan Ahmad Parveez, dilansir dari laman InfoSAWIT pada Senin (23/5/2022), dengan produksi 3,16 ton per hektare, kelapa sawit hanya memanfaatkan 23,45 juta hektare lahan (digabungkan antara Malaysia dan Indonesia). Sementara itu, kedelai hanya mampu memproduksi 0,45 ton minyak per hektare dari 129,15 juta hektare lahan (gabungan Brasil, Argentina, dan Amerika Serikat).

        Baca Juga: SAMADE Riau Minta Pemerintah Perketat Pengawasan Aturan DMO Minyak Sawit

        Lainnya, produktivitas minyak kanola hanya 0,78 ton per hektare dari 32,47 juta hektare lahan (gabungan China, Kanada, dan Uni Eropa) dan hanya 0,76 ton per hektare produktivitas minyak bunga matahari dari 28,1 juta hektare lahan (gabungan Uni Eropa, Rusia, dan Ukraina).

        Ahmad Parveez menyatakan secara kolektif, terdapat hampir empat juta petani kecil kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia, termasuk migran kontrak sementara dari wilayah Asia. Selama beberapa dekade, industri perkebunan kelapa sawit juga telah membantu mengangkat jutaan orang keluar dari garis kemiskinan.

        Negara-negara Asia Tenggara, terutama Indonesia, Malaysia, dan Thailand merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Indonesia dan Malaysia menyumbang hampir 80 persen dari produksi minyak sawit dunia. Minyak sawit tersebut diekspor ke pasar di seluruh dunia dengan negara-negara Eropa mengimpor sekitar 8,2 juta ton dari Indonesia, Malaysia, dan Thailand.

        Minyak sawit dan turunannya digunakan dalam berbagai macam produk makanan dan konsumen mulai dari biskuit dan cokelat hingga sabun dan produk kosmetik. Di Uni Eropa, minyak sawit juga digunakan sebagai bahan bakar nabati untuk sektor transportasi.

        Namun, beberapa tahun terakhir, muncul kritik atas dugaan dampak negatif minyak sawit yang sering dikaitkan dengan perluasan dan pembukaan lahan, deforestasi, dan satwa liar yang terancam punah.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ellisa Agri Elfadina
        Editor: Puri Mei Setyaningrum

        Bagikan Artikel: