Lagi Hari Tanpa Tembakau Sedunia, Tagar #TerimakasihKretek Trending
Saat dunia memperingati World No Tobacco Day (WNTD) alias Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) sebagai kampanye global untuk tidak mengonsumsi produk-produk tembakau, jagat Twitter di Indonesia justru trending dengan tagar #TerimakasihKretek yang dipopulerkan sejumlah akun komunitas seperti @KomunitasKretek @Boleh_Merokok @rokok_indonesia
. Mereka mengkritisi peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, termasuk tema yang diusung oleh kampanye global WNTD 2022 bahwa tembakau merupakan ancaman bagi lingkungan.
Sampai Selasa (31/5) pukul 16:00 tagar #TerimakasihKretek terpantau ramai dicuit hingga sebanyak 7.421 kali. Sementara tagar-tagar yang berkaitan dengan WNTD 2022 #HariTanpaTembakauSedunia atau #satupuntungsejutamasalah #rokoksampahB3 #tobaccothreattoourenvironment justru tak muncul di trending Indonesia.
@KomunitasKretek misalnya mempertanyakan bagaimana kelompok antitembakau mendorong narasi bahwa satu puntung rokok bisa meracuni 1.000 liter air. “Entah bagaimana cara mereka menghitungnya hingga menemukan angka 1.000 liter, yang jelas ngeri sekali. Tapi bukankah memang limbah pasti demikian? Namanya juga limbah, ya sampah. Perlu dikelola dan dikendalikan,” cuit mereka.
“Harusnya antirokok ini sesekali turun ke ladang, bicara yang deep dengan petani. Biar ndak serampangan bilang tembakau perusak tanah,” balasan cuit @boleh_merokok terhadap akun @arsenalkitchen yang mengungkapkan bahwa budidaya tembakau tak merusak tanah. Sebaliknya tembakau justru bisa hidup di lahan-lahan yang ekstrem.
Selain mengkritisi gelaran WNTD 2022, akun-akun tersebut juga turut membagikan informasi mengenai inisiatif atau upaya menghasilkan solusi baik di tataran global maupun lokal yang telah dilakukan untuk mendaur ulang puntung rokok sebagai aksi mengurangi sampah puntung rokok. Universitas RMIT di Australia misalnya telah mengembangkan batu bata dengan bahan dari puntung rokok.
Sementara di dalam negeri, Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (BALITTAS) Malang juga telah mengembangkan pembuatan pestisida nabati terutama yang berasal dari asap air tembakau. Pestisida nabati dari unsur tembakau ini tergolong ramah lingkungan.
“Dalam konteks Lingkungan, industri rokok pun berupaya mengelola limbahnya dengan amanah. Kita ambil contoh PT Djarum di Kudus, Jawa Tengah. Mereka memiliki Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) di Kompleks Oasis. Mereka menyulap sampah sisa pembungkus tembakau dan limbah air cengkih menjadi pupuk kompos yang bernilai ekonomis,” sambung @KomunitasKretek.
Terkait kepedulian terhadap lingkungan, Djarum juga kerap aktif melakukan sejumlah program penanaman pohon dalam skala besar sejak lama. Pada 2015 misalnya, melalui Djarum Foundation digelar Djarum Trees For Life yang merupakan upaya penanaman pohon di sepanjang Tol Trans Jawa.
Pabrikan lainnya juga sejatinya memiliki berbagai program pengelolaan limbah yang bahkan telah diakui dan diapresiasi. PT Gudang Garam Tbk rutin menggelar penanaman pohon. Seperti yang dilakukannya pada 2019 di Lereng Gunung Wilis, Jawa Timur lalu dengan bekerja sama dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kediri, KPH Nganjuk, dan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH). Program ini dilakukan dengan menanam 15.600 bibit bambu di lahan seluas 100 hektar di Desa Tarokan, Kabupaten Kediri.
Sementara itu, PT HM Sampoerna Tbk misalnya bahkan telah mengantongi sertifikasi dari Alliance of Water Stewardship (AWS) untuk pabriknya di Sukerejo. Melalui sertifikasi ini, Sampoerna menjamin pengelolaan dan pemeliharaan air dalam fasilitas produksinya dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip berkelanjutan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: