Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Yang Dilihat Belum Tentu Bisa Dipercaya, Berikut Deepfake dengan Berbagai Kontroversinya

        Yang Dilihat Belum Tentu Bisa Dipercaya, Berikut Deepfake dengan Berbagai Kontroversinya Kredit Foto: Steemit
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Baru-baru ini Google telah melarang algoritma deepfake dari Google Colaboratory, itu adalah layanan komputasi gratis dengan akses ke GPU. Raksasa teknologi tersebut bukanlah satu-satunya yang mengatur tentang deepfake, beberapa negara bagian AS memiliki regulasi yang mengaturnya. 

        Melansir dari siaran resminya, Kamis (09/06) Pakar Kaspersky telah menjelaskan apa itu deepfake, dan mengapa ada begitu banyak kontroversi di sekitarnya bersama dengan bagaimana pengguna dapat melindungi diri mereka sendiri.

        Baca Juga: Kerja Jarak Jauh Jadi Tren, Berikut Tips Tingkatkan Produktivitas Menurut Kaspersky

        ‘Deepfake' biasanya mengacu pada berbagai jenis media buatan komputer yang melibatkan orang-orang dan dibuat dengan neural network. Ini mungkin video, foto, atau rekaman suara.

        Alih-alih menggunakan teknik pengeditan gambar tradisional, penggunaan deep learning telah menggeser kebutuhan akan keterampilan dan upaya untuk membuat gambar palsu yang meyakinkan.

        Awalnya, istilah tersebut merujuk pada perangkat lunak tertentu yang telah mendapatkan popularitas di Reddit. Perangkat lunak tersebut dapat menanamkan wajah seseorang ke dalam video yang menampilkan orang lain, dan hampir seluruhnya digunakan untuk membuat pornografi non-konsensual dengan selebriti.

        Menurut beberapa perkiraan, hingga 96% dari semua deepfake adalah pornografi, ini sekaligus menyoroti kekhawatiran seputar deepfake yang digunakan untuk pelecehan, pemerasan, dan mempermalukan publik.

        Baca Juga: Waduh! Investor BTC Jangka Panjang Terus Alami Kerugian, Capai Posisi Terendah Selama 2 Tahun!

        Teknologi ini juga dapat membantu para pelaku kejahatan siber. Setidaknya dalam dua kasus, di Inggris dan Hong Kong, deepfake suara telah digunakan untuk mengelabui perusahaan agar mentransfer dana ke penipu online, dengan menyamar sebagai pejabat dari masing-masing perusahaan.

        Penelitian terbaru menunjukkan bahwa algoritma deteksi liveness komersial, yang digunakan oleh lembaga keuangan dalam prosedur KYC, dapat tertipu oleh deepfake yang dibuat dari foto ID, menciptakan vektor serangan baru sehingga membuat kebocoran identitas menjadi masalah yang lebih serius.

        Masalah lainnya adalah bahwa deepfake merusak rasa kepercayaan terhadap konten audio dan video karena dapat digunakan untuk tujuan berbahaya. Misalnya, dalam kasus baru-baru ini, wawancara palsu dengan Elon Musk digunakan untuk mempromosikan penipuan cryptocurrency.

        Baca Juga: Jangan Unduh File Apapun! Komunitas Kripto Digemparkan oleh Seorang Anonim di Medsos

        Berbagai pakar dan institusi, seperti Europol, memperingatkan bahwa meningkatnya ketersediaan deepfake dapat menyebabkan proliferasi lebih lanjut terkait disinformasi di Internet.

        Namun tidak semuanya merupakan berita buruk. Manipulasi gambar sama tuanya dengan gambar itu sendiri, dan CGI telah ada selama beberapa dekade, dan keduanya telah dimanfaatkan untuk penggunaan yang layak, seperti halnya deepfake.

        Misalnya, dalam video Kendrick Lamar baru-baru ini, Heart Part 5, teknologi deepfake digunakan untuk mengubah wajah rapper menjadi selebritas terkenal lainnya, seperti Kanye West. Dalam film Top Gun: Maverick, sebuah algoritma digunakan untuk menyuarakan karakter Val Kilmer setelah sang aktor kehilangan suaranya.

        Baca Juga: Pendukung Anies Disindir Telak Soal Bendera HTI "Deklarasi Sendiri, Ribut Sendiri, Dibantah Sendiri"

        Algoritma deepfake juga digunakan untuk membuat serial TikTok viral yang dibintangi oleh Tom Cruise palsu. Dan beberapa startup mencari cara baru untuk menggunakan teknologi, misalnya, untuk menghasilkan avatar metaverse yang hidup.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Nuzulia Nur Rahma
        Editor: Aldi Ginastiar

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: