Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Hadapi Masalah Cuaca dan Regulasi, Petani Tembakau Terus Berjuang demi Harapan, Ini Kata Mereka...

        Hadapi Masalah Cuaca dan Regulasi, Petani Tembakau Terus Berjuang demi Harapan, Ini Kata Mereka... Kredit Foto: Mochamad Ali Topan
        Warta Ekonomi, Surabaya -

        Tahun ini, para petani tembakau di Jawa Timur (Jatim) masih dihantui dengan kondisi cuaca yang tidak menentu. Selain kekuatiran akan kondisi alam, para petani "Daun Emas" ini juga harus menghadapi regulasi-regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, mulai kenaikan cukai hingga persoalan tembakau impor. 

        Walaupun demikian, para petani tembakau khususnya di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jatim, optimis bahwa tahun ini panen tembakau bisa optimal sehingga mereka masih memiliki harapan nantinya. 

        Baca Juga: BAKN DPR Gelar Konsultasi dengan Kemenkeu Terkait Cukai Tembakau

        Menurut Ketua Asosiasi Petani Indonesia (APTI) Pamekasan, Samukrah, meski cuaca kurang bersahabat namun beberapa petani ada yang menanam hingga tiga kali, karena tanaman pertama dan kedua mati akibat hujan. 

        "Mereka yang masih tetap menanam hingga tiga kali, karena petani optimistis hujan berhenti pada akhir Juni dan pada Juli cuaca cerah dan semoga tidak ada hujan," tegas Samukrah. 

        Lebih lanjut, dia menuturkan bahwa Pamekasan sebagai sentra produksi tembakau Jatim yang mampu menyumbang kontribusi 60 persen yang juga mendukung ketersediaan tembakau nasional, tahun ini diperkirakan lahan yang sudah ditanami seluas 1.400 hektare.  

        Baca Juga: Mana Lebih Hemat, Rokok Tembakau atau Rokok Elektrik?

        "Sampai hari ini, tembakau sudah menjadi bagian erat dari keseharian masyarakat Pamekasan. Mari kita lestarikan!" ujar Samukrah.

        Menanggapi hal itu, Bupati Pamekasan, Badrut Tamam secara tegas mengatakan tembakau asal Pamekasan memiliki kualiatas paling baik dibandingkan daerah lainnya. Untuk itu, kata Badrut Tamam, pihaknya (Pemkab) Pemekasan saat ini tengah menyusun agar wilayahnya ditetapkan sebagai Kawasan Industri Hasil Tembakau (KIHT). 

        Badrut Tamam menyebutkan bahwa KIHT adalah bukti nyata komitmen pemerintah menyiapkan fasilitas bagi ekosistem pertembakauan sehingga terwujud kerja sama lintas elemen, instansi, dan organisasi. 

        "Maka jangan kita saling curiga, bersama-sama kita berjuang dan bergandeng tangan untuk tembakau Indonesia. Kita wujudkan kerjasama tripartit petani, pemerintah, dan pabrikan. Kita pastikan manajemen produksi dan harga dapat berjalan baik. Semua sesuai porsi dan tanggung jawab," ungkap Badrut Tamam usai menghadiri penandatanganan petisi Together We Grow bertajuk "Selamatkan Mata Pencaharian Petani Tembakau" di Pamekasan, Senin (20/6/2022).

        Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua APTI Soeseno yang menyebut bahwa tembakau adalah kultur budaya yang telah diteruskan turun-temurun di Madura sehingga menanam tembakau bagi masyarakat Madura adalah bagaimana budaya itu hidup dan berkembang. 

        Baca Juga: Sasar Kaum Millenial, PTPN X Bidik Sektor Hilir Tembakau

        "Dengan segala regulasi yang belum berimbang dan menekan, kita tunjukkan bahwa kita masih tetap semangat menanam. Hidup petani tembakau!" tegas Soeseno. 

        Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Peternakan (DKPPP) Pemkab Pamekasan, Ajib Abdullah menegaskan, panen di Pamekasan pada tahun ini diperkirakan akan turun seperti di tahun 2020 akibat La Nina. Pada tahun 2020, produksi tembakau Pamekasan hanya mencapai 24.000 ton per tahun karena kemarau basah, turun dari kondisi normal yang mencapai 28.000 ton per tahun. 

        "Proyeksi awal kami lahan yang bisa ditanami tembakau tahun ini sebesar 25.000 hektar dari potensi sebesar 32.000 hektar. Tetapi dengan melihat cuaca yang masih tidak menentu kemungkinan tahun ini akan sama seperti tahun 2020. Sampai pertengahan Juni lahan yang telah ditanami tembakau masih sekitar 1.000 hektar hingga 2.000 hektar. Padahal biasanya akhir Juni menjadi akhir bulan tanam. Harapan kami curah hujan di Pamekasan akan segera berhenti sehingga petani dapat segera menanam tembakau," beber Ajib Abdullah. 

        Baca Juga: Musim Tanam Tembakau, Pupuk Indonesia Distribusikan Pupuk Za 150 ton per Hari

        Sementara itu, Dosen Ekonomi Pertanian Universitas UPN Veteran Surabaya, DR Zainal Abidin, sangat mendukung ide memperjuangkan petani tembakau lokal serta bergandengtangan bersama yang digagas Bupati Pamekasan. Akan tetapi, kata Zainal Abidin, makna dari bergandengtangan bersama itu perlu dilakukan secara serius guna memperkuat tembakau Indonesia. 

        "Saya sepakat dan sangat setuju dengan ide Bupati Pamekasan soal bergandengtangan bersama. Artinya, bergandengtangan bersama itu harus dilakukan mulai dari hulu sampai hilir, mulai perusahaan, pejabat pemerintah hingga ke petani. Tujuannya, agar tembakau kita mampu bersaing dengan tembakau asing," ucap Zainal.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Mochamad Ali Topan
        Editor: Ayu Almas

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: