Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ada Perubahan Selera Soal Presiden 2024, Pengamat: Masyarakat Bosan dengan Sosok Sederhana dan Merakyat

        Ada Perubahan Selera Soal Presiden 2024, Pengamat: Masyarakat Bosan dengan Sosok Sederhana dan Merakyat Kredit Foto: Freepik
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago membeberkan sosok figur yang akan dipilih menjadi presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Menurutnya, ada kemungkinan perubahan kecenderungan selera sosok pemimpin yang diinginkan masyarakat.

        CEO dan pendiri sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting ini berpendapat figur pemimpin yang dimaksud itu yang dekat, peduli, dan mampu mengatasi persoalan-persoalan mendesak masyarakat seperti pengangguran masih masuk kriteria mereka saat ini.

        Baca Juga: Duet Anies dan AHY Dinilai Berpeluang Menangi Pilpres 2024, Pengamat: Tergantung Lawannya

        "Yang dirangkum, dapat tiga itu cukup menonjol dibandingkan yang lain," kata dia, kepada Antara, di Jakarta, Senin.

        Ia juga menyinggung soal kemungkinan perubahan selera masyarakat atas figur pemimpin dan menyebut ada kemungkinan publik jenuh dengan sosok pemimpin yang sederhana sehingga memilih tokoh dengan kriteria gagah dan berwibawa pada Pemilu 2024.

        "Itu bisa saja kebosanan publik. Nah kalau antitesisnya itu bisa saja kalau masyarakat bosan dengan sosok yang sederhana dan merakyat misalnya, mereka bisa saja ganti selera. Biasanya mengobati kerinduan masa lalu," ujar dia.

        Baca Juga: Puan Maharani Berpeluang Maju di Pilpres 2024, Tapi Masih Ada Kurangnya

        Menurut dia, berdasarkan survei yang dilakukan lembaganya, sementara ini ada tiga nama populer untuk calon presiden yakni Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

        Sementara untuk wakil presiden, ada Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, dan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.

        Pangi mengatakan, baik Prabowo, Ganjar maupun Anies memiliki kelebihan, salah satunya memiliki jabatan di pemerintahan sehingga prestasi mereka bisa dilihat dan direkam masyarakat. Ia lalu menyoroti temuan data yang menunjukkan hubungan antara tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo dan peluang Ganjar di Pilpres 2024.

        Menurut data, apabila tingkat kepuasan masyarakat tinggi terhadap kinerja Jokowi, maka ini berdampak positif pada peluang Ganjar dan berlaku sebaliknya. "Kalau kepuasan terhadap Pak Jokowi rendah, maka yang akan tergerus itu PDI Perjuangan dan Ganjar juga tidak akan terlalu populer. Karena Ganjar dianggap kelanjutan dari Pak Jokowi," kata dia.

        Baca Juga: Bukan 2 Paslon, Pengamat Berharap Ada 4 Paslon Capres-Cawapres di Pilpres 2024, Alasannya...

        Dalam kesempatan terpisah, anggota KPU, Betty Eidroos, mengatakan, masyarakat Indonesia masih memiliki waktu relatif panjang untuk menentukan pilihan mereka di Pemilu 2024.

        Ia mengingatkan agar mereka menggunakan hak pilih mereka. "Memilih itu hak, tidak bisa kita paksakan menjadi kewajiban. Golput (golongan putih) pun hak orang. Tetapi golput betul menjadi pilihan setiap orang yang punya hak pilih, tetapi tidak menjadi solusi. Kalau cinta NKRI ya gunakan hak pilih," kata dia.

        Baca Juga: 4 Slot Batu Loncatan Anies di Pilpres 2024, Refly Harun: Misalnya Oligarki Sepakat Singkirkan Anies...

        Menurut dia, KPU sebisa mungkin mengajak orang-orang mau menggunakan hak pilih mereka sesuai hati nurani, bukannya karena tekanan pihak lain maupun terpengaruh pembelian suara atau vote buying. Hal ini juga perlu dibarengi kampanye yang dari para peserta pemilu.

        Ia menuturkan, keberhasilan kampanye salah satunya tergantung kemampuan meyakinkan orang-orang untuk mau menggunakan hak pilihnya."Sosialisasi dan kampanye, menurut saya perpaduan kegiatan yang harus dilakukan baik penyelenggara maupun peserta pemilu agar pemilih mau datang ke TPS," demikian kata dia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ayu Almas

        Bagikan Artikel: