Perang Nuklir Modern Disimulasikan Peneliti, Ini yang Dialami Bumi, tapi Terparah Bikin Matahari...
Perang nuklir modern telah berhasil disimulasikan oleh sejumlah peneliti untuk mengetahui bagaimana peristiwa itu memengaruhi dunia.
Penelitian dilakukan bertepatan dengan situasi perang Rusia di Ukraina dengan ancaman perang nuklir di garis depan.
Baca Juga: Mantan Presiden Rusia ke Amerika: Bermain-main dengan Kekuatan Nuklir Dunia Adalah Hal Bodoh
Asisten Profesor Departemen Oseanografi & Ilmu Pesisir LSU Cheryl Harrison, dan rekan penulis menjalankan simulasi dampak iklim perang nuklir AS-Rusia dan India-Pakistan dalam Model Sistem Bumi.
Sembilan negara saat ini mengendalikan lebih dari 13.000 senjata nuklir di dunia, menurut Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm.
“Kita dapat dan harus melakukan segala yang kita bisa untuk menghindari perang nuklir. Efeknya terlalu mungkin menjadi bencana global,” kata Harrison, dilansir dari Jerusalem Post, Senin (11/5/2022).
Para peneliti mensimulasikan apa yang akan terjadi pada sistem Bumi jika AS dan Rusia menggunakan 4.400 senjata nuklir 100 kiloton untuk mengebom kota-kota dan kawasan industri.
Akibatnya, terjadi kebakaran yang menyemburkan 150 teragram (lebih dari 330 miliar pon) asap dan karbon hitam penyerap sinar matahari ke atmosfer atas.
Mereka juga mensimulasikan apa yang akan terjadi jika India dan Pakistan meledakkan sekitar 500 senjata nuklir 100 kiloton.
Hasilnya adalah 5 hingga 47 teragram (11-103 b. pon) asap dan jelaga menumouk di atmosfer bagian atas.
Studi ini menemukan bahwa badai api dari perang nuklir akan membawa aerosol yang menghalangi cahaya ke stratosfer, menghasilkan pendinginan global.
Lautan merespons melalui dua rentang waktu: peristiwa pendinginan yang cepat dan pemulihan yang lama, yang menunjukkan respons histeresis (keterlambatan input/output dalam sistem yang berubah) lautan terhadap pendinginan global.
Baca Juga: Jokowi Pulang, Rusia Mulai Lakukan Pemantauan Fasilitas Nuklir
Badai api akibat ledakn nuklir akan menyebabkan gagal panen di seluruh dunia.
Pada bulan pertama setelah ledakan nuklir, suhu global rata-rata akan turun sekitar 7°C, perubahan suhu yang lebih besar daripada di Zaman Es terakhir.
“Perang nuklir menghasilkan konsekuensi yang mengerikan bagi semua orang,” kata rekan penulis Alan Robock, Profesor Terhormat di Departemen Ilmu Lingkungan di Universitas Rutgers.
Dia mengatakan, para pemimpin dunia telah menggunakan penelitian yang mereka lakukan sebelumnya sebagai dorongan untuk mengakhiri perlombaan senjata nuklir pada 1980-an.
Imbasnya, lima tahun lalu timbul perjanjian di PBB untuk melarang senjata nuklir.
"Kami berharap studi baru ini akan mendorong lebih banyak negara untuk meratifikasi perjanjian larangan,” imbuh Robock.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Muhammad Syahrianto
Tag Terkait: