Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Nilai Pancasila Cegah Polarisasi di Dunia Digital

        Nilai Pancasila Cegah Polarisasi di Dunia Digital Kredit Foto: Unsplash/Erik Lucatero
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Dunia digital merupakan ruang tanpa batas, baik geografis, waktu, maupun wawasan kebangsaan. Sehingga ketika masuk ke dalamnya akan dihadapkan tantangan budaya bermedia digital, seperti mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya kesopanan dan kesantunan, hingga menghilangnya budaya Indonesia karena media digital menjadi panggung budaya asing.

        Ada beberapa dampak rendahnya pemahaman budaya bermedia digital. Salah satunya tidak memahami batasan kebebasan berekspresi, sehingga mengakibatkan perundungan siber, ujaran kebencian, pencemaran nama baik, provokasi yang mengarah pada segresi sosial (perpecahan/polarisasi) di ruang digital.

        Ketua Prodi Ilmu Komunikasi SGU, ASPIKOM, MAFINDO, Loina Lalolo Krina Perangin-angin mengatakan, nilai Ethnic Fractionalize Index (EFI) Indonesia 0,81 dan Ethnic Polarized Index (EPOI) 0,50 di dunia nyata. Catatan ini menunjukkan Indonesia tidak terpolar (terpecah belah atau terpisah secara ekstrem) meski menjadi negara yang sangat heterogen atau majemuk.

        Baca Juga: Membuat dan Mendistrusikan Konten di Dunia Digital Harus Berdasarkan Nilai-Nilai Pancasila

        “Jadi nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika yang ada di dunia nyata seharusnya bisa diaplikasikan di dunia digital,” kata Loina saat webinar Makin Cakap Digital 2022 untuk kelompok komunitas dan masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (11/8/2022).

        Untuk menjadi netizen Pancasilais, lanjut dia, mampu berpikir kritis. Hindari topik-topik mengandung SARA atau menyakiti orang lain. Setiap individu harus ingat ada orang lain yang dihadapi ketika berinteraksi di ruang digital.

        Kemudian, netizen juga harus meminimalisasi unfollow, unfriend, dan block sehingga terhindar dari echo chamber dan filter bubble. “Sifat blok orang membuat kita, berdasarkan algoritma yang ada di internet, akan dihubungkan dengan orang-orang yang punya pemikiran, ide, dan nilai sama,” kata Loina.

        Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 mengalami peningkatan, We Are Social mencatat kini pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta pengguna, di mana sebanyak 170 juta penggunanya menggunakan media sosial. Dapat dikatakan pengguna internet mencapai 61.8% dari total populasi Indonesia.

        Sebagai respons untuk menanggapi perkembangan TIK ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi melakukan kolaborasi dan mencanangkan program Indonesia Makin Cakap Digital. Program ini didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni Kemampuan Digital, Etika Digital, Budaya Digital, dan Keamanan Digital. Melalui program ini, 50 juta masyarakat ditargetkan akan mendapat literasi digital pada tahun 2024.

        Webinar #MakinCakapDigital 2022 untuk kelompok masyarakat di wilayah Kota Kediri, Jawa Timur merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siber Kreasi. Kali ini hadir pembicara-pembicara yang ahli dibidangnya untuk berbagi terkait budaya digital antara lain Ketua Prodi Ilmu Komunikasi SGU, ASPIKOM, MAFINDO, Loina Lalolo Krina Perangin-angin. Kemudian Trainer, Digital Marketing, Diaz Yasin A, serta Dosen Politeknik Negeri Jember & RTIK Jember, Muhammad Yunus, M.Kom.

        Untuk informasi lebih lanjut mengenai program Makin Cakap Digital 2022 hubungi info.literasidigital.id dan cari tahu lewat akun media sosial Siberkreasi, bisa klik ke Instagram @siberkreasi dan @literasidigitalkominfo.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Rosmayanti

        Bagikan Artikel: