Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tentang Skema Pemerintah Menaikan Harga BBM, Pengamat: Targetnya Batuk, yang Diobati Panu

        Tentang Skema Pemerintah Menaikan Harga BBM, Pengamat: Targetnya Batuk, yang Diobati Panu Kredit Foto: Antara/Adeng Bustom
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kebijakan pemerintah Indonesia menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) disebut pengamat sebagai strategi yang sangat salah. Bahkan dianalogikan ingin menyembuhkan batuk malah mengobati panu. 

        “Ini seperti targetnya menyembuhkan batuk, tapi yang diobati panu. Ini kan salah sasaran, dan kebijakan mencari gampangnya saja,” kata pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi seperti dilansir dari Suara.com melalui BBC News Indonesia, Senin (05/09/2022).

        Alih-alih meningkatkan harga BBM, menurut Direktur Chelios (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira pemerintah harus melakukan pembatasan dan pengawasan ketat dalam penyaluran BBM.

        Baca Juga: Pertamina Pastikan Ketersediaan BBM Selama Gelaran G20 Belitung Aman

        “Kesalahan dalam pengelolaan, pembatasan hingga pengawasan oleh pemerintah, malah dibebankan kepada seluruh masyarakat,” katanya.

        Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter A Redjalam mengatakan, subsidi BBM tidak sekadar dilihat dari nilai transaksi jual beli di SPBU, tapi pengaruhnya ke perekonomian yang melindungi kelompok miskin.

        Sebelumnya, Kementerian Keuangan mengatakan, risiko beban subsidi tanpa kenaikan harga menjadi Rp698 triliun, dari alokasi saat ini sekitar Rp502 triliun.

        Baca Juga: Benarkah Naiknya BBM adalah Pengalihan Isu dari Kasus Ferdy Sambo? Ini Penjelasan Ahli

        Kini setelah harga BBM subsidi dinaikkan, anggaran untuk BBM diprediksi tetap membengkak menjadi Rp650 triliun - meningkat lebih dari empat kali lipat dibanding anggaran APBN 2022 sebesar Rp152,5 triliun.

        Artinya, selisih anggaran BBM dinaikkan dan tidak berada di bawah Rp50 triliun.

        Keluhan masyarakat bawah, ’mereka yang salah hitung, kami yang menanggung’

        Pengemudi ojek online asal Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Suriadi Sinamo, kecewa dengan keputusan pemerintah menaikan harga BBM.

        "Aku pikir begini, kalau lah alasan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi karena banyak dipakai orang mampu, kenapa malah menaikkan harganya? Seharusnya kan pengawasan diperketat. Bukan malah harganya yang dinaikkan," kata Suriadi kepada wartawan Nanda Fahriza Batubara yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (05/09).

        Baca Juga: BLT BBM Rp600 Ribu Sudah Cair! Ini Cara Daftar dan Cairkan Dana Bantuan

        Pada Sabtu (03/09) lalu, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi.

        Salah satu alasan yang disampaikan Jokowi adalah 70% BBM subsidi selama ini dinikmati oleh kalangan warga yang mampu secara finansial.

        Baca Juga: Upah Buruh Stagnan Saat Harga BBM Naik, Said Iqbal: Pemerintah Seenaknya, Tak Punya Hati!

        Alasan lain di antaranya adalah peningkatan tajam anggaran subsidi dan kompensasi tahun anggaran 2022 dari yang awalnya Rp152,5 triliun menjadi Rp502,4 triliun.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty

        Bagikan Artikel: