Pelaksanaan Trade, Investment, and Industry Ministerial Meeting (TIIMM) G20 yang dilaksanakan tanggal 22-23 September 2022 di Nusa Dua, Bali menghasilkan kesepakatan kompendium, yaitu “Kompendium Bali atas Praktik Kebijakan G20 dalam Mempromosikan Investasi untuk Pembangunan Berkelanjutan” atau disebut sebagai Kompendium Bali.
Adapun arti kompendium menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ikhtisar karangan ilmiah yang lengkap dan padat. Dalam praktek negoisasi internasional memiliki arti kumpulan ringkasan praktik kebijakan dalam hal ini terkait kebijakan investasi berkelanjutan.
Baca Juga: Guru Besar UI Puji Peran Jokowi di Panggung Dunia, Dari Perang Ukraina Hingga KTT G20
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia
menyampaikan bahwa kompendium ini akan menjadi acuan kebijakan masing-masing negara dalam merancang dan melaksanakan strategi untuk menarik investasi berkelanjutan.
Dalam hal ini, setiap negara diberi kekuasaan dalam menyusun strateginya sesuai dengan keunggulan komparatifnya.
“Setiap negara di dunia ini menghargai strategi negara masing-masing dalam merumuskan arah kebijakan investasinya, termasuk membangun hilirisasi, apa yang menjadi prioritas, agar negara lain tidak mengintervensinya,” ujar Bahlil dalam keterangan tertulisnya,Sabtu (24/9/2022).
Baca Juga: Polri Siapkan Pengamanan Maksimal Selama 10 Hari Perhelatan G20
Lebih lanjut, Bahlil menjelaskan jika kompendium ini disusun dalam rangka mendukung investasi berkelanjutan bagi seluruh negara. Ini merupakan langkah maju pemerintah Indonesia dalam mendorong investasi berkelanjutan dan inklusif.
“Indonesia boleh menyusun strategi promosinya sendiri, begitu juga negara lainnya. Karena itu mereka harus dihargai dalam membuat strategi menurut keunggulan komparatif negaranya masing-masing,” jelas Bahlil.
Selain Kompendium Bali, Bahlil juga menyampaikan 4 isu lainnya dalam klaster investasi yang telah disepakati. Pertama, pentingnya arus investasi berkelanjutan bagi pemulihan ekonomi dalam rangka penciptaan lapangan kerja lewat industrialisasi dan tujuan pembangunan lainnya.
Baca Juga: Intip Cendera Mata yang Diberikan Pemerintah Indonesia untuk Delegasi TIIMM G20, Ada Kain Endek!
Kedua, penyederhanaan prosedur investasi, seperti yang dilakukan Indonesia melalui Undang-Undang Cipta Kerja (UU CK). Ketiga, hilirisasi menjadi salah satu instrumen dalam menciptakan nilai tambah, serta memperkuat kemitraan investor asing dengan UMKM. Keempat, pentingnya skema pendanaan iklim yang adil dan merata untuk mendorong investasi berkelanjutan.
“Khusus untuk harga karbon, belum ada kesepakatan. Kami sudah perjuangkan. Tetapi penting mereka setujui bahwa keadilan investasi dan pemerataan harus kita lakukan,” tambah Bahlil.
Sebagai Informasi, Rangkaian pertemuan ketiga TIIWG dan TIIMM G20 ini dilaksanakan pada tanggal 19-23 September 2022. Adapun TIIMM G20 dihadiri langsung oleh 8 Menteri dari negara anggota G20 yaitu Kanada, Perancis, India, Jepang, Korea Selatan, Arab Saudi, Afrika Selatan, dan Inggris, serta 12 pejabat setingkat Menteri dari negara anggota G20 lainnya termasuk Rusia dan Amerika Serikat.
Baca Juga: Menuju KTT G20, Indonesia Kuatkan Komunikasi dengan Sejumlah Negara
Selain itu, hadir pula 7 Menteri dari negara undangan, yaitu Kamboja, Spanyol, Fiji, Selandia Baru, Rwanda, Singapura, dan Persatuan Emirat Arab (PEA).
Total delegasi yang mengikuti rangkaian kegiatan ini sebanyak 268 delegasi yang hadir secara fisik maupun virtual yang merupakan perwakilan negara anggota G20, negara undangan, dan organisasi internasional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty