Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Rumah bagi 28.000 Tentara Amerika, Korea Selatan Sulit Hindari Konflik Taiwan karena...

        Rumah bagi 28.000 Tentara Amerika, Korea Selatan Sulit Hindari Konflik Taiwan karena... Kredit Foto: Reuters/Yonhap
        Warta Ekonomi, Seoul -

        Ketegangan atas Taiwan telah mengangkat masalah pelik apakah pasukan Amerika Serikat yang berbasis di Korea Selatan akan terlibat dalam konflik apa pun.

        Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol mengatakan kepada CNN dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Minggu (25/9/2022) bahwa negaranya ingin bekerja dengan AS untuk "memperluas kebebasan".

        Baca Juga: Wakilnya Biden 'Disambut' Rudal Balistik Saat Kunjungi Korea Selatan

        Yoon telah bersumpah untuk menjalin hubungan lebih dekat dengan AS, yang telah memiliki perjanjian pertahanan bersama dengan Korea Selatan sejak Perang Korea 1950-1953 dan menempatkan sekitar 28.500 tentara di negara itu.

        Namun saat ditanya apakah Korea Selatan akan membantu AS jika China menyerang Taiwan, Yoon tidak langsung menjawab.

        Dalam konflik di Taiwan, Korea Utara akan lebih mungkin untuk melakukan provokasi dan bahwa aliansi harus fokus pada hal itu terlebih dahulu.

        Pasalnya, Korea Utara memiliki perjanjian pertahanan timbal balik dengan China dan analis militer menyarankan itu dapat berkoordinasi dengan Beijing atau mengambil keuntungan dari krisis untuk mengejar tujuan militernya sendiri.

        Pekan lalu Presiden AS Joe Biden mengatakan pasukan AS akan membela Taiwan jika terjadi invasi China, menarik tanggapan marah dari China dan meningkatkan taruhan bagi sekutu AS yang menampung pasukan Amerika di wilayah tersebut.

        China adalah mitra ekonomi terbesar Korea Selatan, dan Seoul dapat menemukan dirinya berada di garis depan secara harfiah dalam setiap konflik militer regional.

        Korea Utara telah mendukung klaim China atas Taiwan, dan menuduh Washington mencoba membangun "NATO Asia" yang akan mengimpor krisis seperti yang terjadi di Ukraina ke Asia.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: