Eko Kuntadhi Sebut Elit-elit Papua Bentengi Diri dengan Isu Rasialisme Supaya Bisa Kabur dari KPK
Eko Kuntadi menyebut Lukas Enembe sengaja membentengi diri dengan isu rasialisme agar dilindungi oleh masyarakatnya dan bisa mangkir dari pemeriksaan di KPK.
Diketahui, Gubernur Papua, Lukas Enembe seharusnya diperiksa sebagai tersangka korupsi di kantor KPK Jakarta, namun ia beralasan sedang sakit minta diobatin ke Singapura.
“Kita nggak tahu bagaimana kondisi kesehatannya. Mestinya kan kalau secara hukum, misalnya Sakit beneran ya diperiksa dong sama dokter yang dari KPK. Sehingga KPK bisa menetapkan benar sakit atau tidak,” jelas Eko.
Baca Juga: Mangkir Dua Kali, KPK Diminta Segera Rencanakan Penjemputan Paksa Lukas Enembe
Eko juga melihat ada beberapa golongan masyarakat yang mencoba melindungi Enembe. Ketika KPK sudah mau turun ke Papua ada mobilisasi massa, masyarakat Papua yang seolah-olah menolak kehadiran KPK.
Artinya bagi masa yang ada di sana, mereka membentengi Lukas Enembe itu. Mereka merasa bahwa Lukas tidak harus bertanggung jawab terhadap kasus-kasus korupsi yang membelitnya.
Enembe sendiri disinyalir menggunakan dana Otonomi Khusus (Otsus) yang jumlahnya hingga 1.000 triliun rupiah. Dana ini telah diberikan secara berkala oleh pemerintah pusat sejak tahun 2001.
Baca Juga: Soal Lukas Enembe yang Dibilang Sakit-Sakitan, KPK Gak Percaya?
“Sayangnya 20 tahun berlalu, pembangunan di Papua itu ya begitu-begitu aja, ada banyak kabupaten kota yang tidak tersentuh,” jelas Eko.
Ia mengatakan, masyarakat Papua masih tetap miskin, bahkan indeks pembangunan manusia Papua itu cuma 60,6. Itu jauh banget dibanding rata-rata IPM nasional yang jumlahnya 71,39.
“Padahal 20 tahun loh sudah berlaku undang-undang otonomi khusus. Masalahnya, menurut gua karena memang elit-elit yang ada di Papua ini serakah-serakah mereka lebih suka menikmati dana otonomi khusus itu untuk dirinya dan kalangan elit lainnya saja,” jelasnya.
Baca Juga: Isu Rasialisme Jadi Alasan Lukas Enembe Susah Diciduk KPK
Masyarakat Papua juga terkenal sangat ketat dengan kondisi kesukuan sangat patuh dengan kepala suku misalnya, akhirnya tidak kebagian tetesan dana ini. Kemiskinan mereka tetap terjaga sementara elitnya saja yang menikmati suasana limpahan dana yang luar biasa besar itu.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Sabrina Mulia Rhamadanty
Editor: Sabrina Mulia Rhamadanty
Tag Terkait: