Dalam survei Populi Center, Ganjar Pranowo menjadi tokoh yang paling banyak diharapkan untuk menjadi Presiden mendatang dengan nilai 27,5 persen. Sementara itu, Anies Baswedan menempati posisi kedua dengan nilai 26,3 persen.
Di posisi ketiga disusul oleh Prabowo Subianto dengan nilai 23,5 persen. Jenderal Andika Perkasa sebesar 5,3 persen, Puan Maharani sebesar 2,8 persen, sedangkan Airlangga Hartarto sebesar 1,3 persen. Adapun yang belum memutuskan jumlahnya sebesar 11,8 persen, dan yang menolak menjawab pertanyaan ini sebesar 1,5 persen.
Baca Juga: Ganjar Saja Tertawa, Hendri Satrio Soal Sanksi PDIP: Drama Itu!
Terkait elektabilitas tiga capres 2024, Ganjar Pranowo berhasil mengalahkan Anies Baswedan maupun Prabowo Subianto. Ganjar meraih elektabilitas sebesar (29,7 persen), disusul Anies Baswedan (29,2 persen), dan Prabowo Subianto (27,6 persen). Sementara itu, 12,3 persen masyarakat belum memutuskan calon yang akan dipilih, dan sebesar 1,2 persen menolak menjawab.
Adapun untuk tingkat elektabilitas calon wakil presiden (Cawapres), Ridwan Kamil mendapat dukungan paling tinggi dengan 17,1 persen, kemudian disusul oleh Sandiaga Salahuddin Uno (15,8 persen).
Agus Harimurti Yudhoyono (12,3 persen), Jenderal Andika Perkasa (8,3 persen), Erick Thohir (7,8 persen), dan Khofifah Indar Parawansa (7,3 persen). Sementara itu, tokoh-tokoh lainnya mendapat persentase di bawah 5 persen. Adapun sebesar 19,3 persen masyarakat menolak menjawab pertanyaan ini.
Melihat hasil survei dan dinamika politik yang ada, ketiga tokoh tersebut pun diprediksi bakal bersaing sengit di Pemilhan Presiden (Pilpres) 2024. Peneliti Senior Populi Center Usep Saepul Ahyar mengatakan, tiga nama calon yang moncer ialah Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan.
"Dukungan dari masyarakat tidak terlalu jauh. Satu sama lain bisa saling mengalahkan tergantung strategi, mungkin termasuk memilih wakilnya yang jadi pembeda," ujar Usep dalam Rilis Survei Nasional Populi Center yang digelar secara virtual, Rabu (26/10).
Di sisi lain, potensi pemilih di Indonesia yang kemungkinan besar lebih banyak berasal dari Jawa, secara tidak langsung membuka peluang bagi Capres 2024. "Latar belakang Jawa itu akan sangat berpengaruh, tetapi faktor tersebut juga sangat ditentukan oleh bagaimana strategi dan inisiatif dari masing-masing calon mendapatkan dukungan suara," ujar pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Pribadi Kusman itu.
Baca Juga: 'Ganjar Itu Diinjak Lebih Dahulu agar Terbang Lebih Tinggi'
Menurutnya, jika kedua identitas itu ditempatkan pada satu kubu politik untuk mendapatkan dukungan, hal tersebut dapat menyelesaikan persoalan polarisasi sosial. "Apabila salah satu calon, misalnya dari artikulasi politik identitas A itu hanya kemudian merangkul wakil dari sesama kubu tersebut, maka tidak akan menambah dukungan politik. Tetapi kalau bisa cross identity, kemungkinan akan bisa perluas untuk menang dari calon tersebut," tuturnya.
Populi Center menyelenggarakan Survei Nasional mulai tanggal 9 hingga 17 Oktober 2022 dengan sampel responden tersebar secara proporsional di 34 provinsi di Indonesia. Adapun salah satu tujuan dari survei ini adalah untuk mengetahui penilaian masyarakat terhadap dinamika politik menjelang Pemilu tahun 2024.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum