Kunjungan ke Shelter Anak Pemkot Surabaya, Menteri PPPA Pastikan Pemenuhan Hak Bagi Setiap Anak
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, didampingi oleh Deputi Perlindungan Khusus Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Nahar, melawat dua lokasi Shelter Anak Pemerintah Kota Surabaya yang dikelola oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Surabaya, Kamis (3/11/2022).
Bintang mengapresiasi komitmen Pemerintah Kota Surabaya yang terus berupaya memberikan perlindungan bagi anak dan perempuan dengan menyediakan Shelter Anak, khususnya bagi Anak yang berhadapan dengan Hukum (ABH) dan anak perempuan korban kekerasan.
Baca Juga: Viral Kasus Suami Istri di Bandung Barat Tega Aniaya ART, KemenPPPA Desak Polisi Tindak Tegas Pelaku
Ia juga menyampaikan keberadaan Shelter Anak Laki-laki sebagai shelter sementara untuk menunggu kepastian hukum bagi ABH serta Shelter Anak Perempuan sebagai tempat perlindungan serta rehabilitasi secara fisik dan psikis merupakan langkah yang tepat.
"Shelter Anak Laki-laki yang dijadikan sebagai shelter sementara untuk menunggu kepastian hukum ABH memastikan anak-anak ini tidak terpapar secara langsung dengan narapidana lain yang berada di balik jeruji lembaga pemasyarakatan (lapas). Shelter Anak Perempuan pun menjadi lokasi yang aman bagi anak perempuan korban kekerasan. Di kedua tempat ini, anak-anak didampingi oleh pendamping yang kompeten serta dilibatkan dalam berbagai kegiatan yang positif seperti ibadah keagamaan, sekolah, keterampilan, piket kebersihan, olah raga, serta wawasan kebangsaan agar setelah keluar dari sini tidak terlibat ataupun terjerat kasus kembali," ujar Menteri PPPA dalam keterangannya, Jumat (4/11/2022).
Baca Juga: Tega! 9 Orang Rudapaksa Anak di Bawah Umur secara Bergilir, KemenPPPA Kecam Keras Pelaku
Saat ini, Shelter Anak Pemerintah Kota Surabaya menampung sebanyak 6 (enam) ABH dengan latar belakang kasus tawuran serta judi burung merpati di Shelter Anak Laki-laki dan 8 (delapan) orang korban anak perempuan dengan latar belakang kasus kekerasan, pelecehan seksual, juga eksploitasi di Shelter Anak Perempuan.
Terdapat 18 (delapan belas) orang pendaming dengan penempatan di masing-masing lokasi sebanyak 9 (sembilan) orang. Para pendamping di shelter perempuan, selain fungsi pengawasan juga membantu antar jemput sekolah anak-anak perempuan yang singgah.
Para anak perempuan yang singgah pun tetap melanjutkan jenjang pendidikan dengan 4 (empat) orang anak yang bersekolah di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), 2 (dua) orang anak yang bersekolah di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 1 (satu) orang yang bersekolah di jenjang Sekolah Dasar (SD).
Selain mengajak anak-anak di Shelter Anak berdialog, Menteri PPPA juga menyerahkan bantuan spesifik khusus anak untuk pemenuhan sehari-hari. Lebih lanjut, Menteri PPPA menekankan bahwa anak-anak yang berada di kedua Shelter Anak tersebut, baik ABH maupun anak perempuan korban kekerasan memiliki hak-hak yang patut dipenuhi dan juga dilindungi.
Baca Juga: Menteri PPPA Apresiasi PT LRT Jakarta dalam Upaya Penghapusan Kekerasan pada Perempuan dan Anak
"Anak-anak yang singgah di Shelter Anak, baik ABH maupun anak perempuan korban kekerasan memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk meraih cita-cita tinggi layaknya anak-anak lain di luar sana. Khususnya bagi ABH yang sedang menunggu kepastian hukum, berada di Shelter Anak ini dapat membentuk karakter serta menumbuhkan nilai-nilai positif, sebelum nantinya dipindahkan ke lapas khusus anak sesuai vonis dijatuhkan," tutur Menteri PPPA.
Kepala DP3AP2KB Kota Surabaya, Tomi Ardiyanto, menjelaskan Shelter Anak Pemerintah Kota Surabaya ini merupakan bentuk nyata dari kehadiran negara berkomitmen untuk memastikan perlindungan serta keadilan bagi setiap individu.
Baca Juga: Badan POM Terbitkan EUA pada Vaksin Covid-19 Besutan Anak Bangsa
"Di Shelter Anak ini, selain mendapatkan perlindungan, anak-anak yang singgah pun diberikan pendampingan secara berkala untuk psikologis oleh konselor psikolog dan juga kesehatan fisik oleh dokter puskesmas dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Anak-anak juga mendapatkan pelatihan keterampilan seperti memasak, karya seni, olah raga, musik, hingga siraman rohani yang dapat membantu anak-anak menjalani hidup yang sehat dan positif untuk bekal serta bangkit kembali menjalani hidupnya seusai proses rehabilitasi," jelas Tomi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rena Laila Wuri
Editor: Ayu Almas