Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Banyak Suara Nyaring Bilang G20 Pemborosan, Pengamat: Anggaran Rp700 Miliar, Cuan Bisa Lebih Rp7 Triliun

        Banyak Suara Nyaring Bilang G20 Pemborosan, Pengamat: Anggaran Rp700 Miliar, Cuan Bisa Lebih Rp7 Triliun Kredit Foto: Antara/Zabur Karuru
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Pegiat media sosial Denny Siregar menyoroti hasil dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali yang acara puncaknya diselenggarakan pada Senin dan Selasa (15-16/11/2022). 

        Pernyataannya diutarakan setelah mendengar banyak suara miring terkait Presidensi G20 yang dinilai boros. Anggaran yang dihabiskan untuk menggelar G20 mencapai hampir Rp700 miliar.

        Baca Juga: Sebelum KTT Rampung, G20 Indonesia Lahirkan Leaders' Declaration, Apa Itu?

        "Presiden Joko Widodo patut bangga, acara G20 di Bali kedatangan pemimpin negara terlengkap dari acara serupa di negara lain, minus Vladimir Putin," kata Denny dalam kanal YouTube-nya, dikutip Warta Ekonomi.

        Menurut pengamatan Denny, pertemuan G20 di Bali punya dampak ekonomi secara langsung dan tidak langsung. Sekitar 20 pemimpin negara di dunia datang ke Indonesia membawa sejumlah rombongan kecil hingga besar.

        "Para pemimpin dunia membawa rezeki buat ekonomi di Bali, diperkirakan membawa ratusan tamu negara yang datang ke Bali. Diperkirakan, mereka membawa dampak ekonomi sebesar Rp7 triliun," paparnya.

        Bali, kata Denny, sedang menghadapi pekan seperti pesta pora karena kedatangan tamu negara. Pulau Dewata sebelumnya sempat terpuruk secara ekonomi selama dua tahun pandemi Covid-19.

        "Ada keuntungan buat UMKM, hotel, transportasi. Hotel di mana-mana mahal dan penuh, mobil travel disewa dengan harga mahal. Banyak keuntungan yang bikin orang di Bali bernapas lega," tegasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Muhammad Syahrianto
        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: