Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Menakar Keberhasilan Presidensi G20 Indonesia: Sebuah Catatan Pasca-KTT G20 di Bali

        Menakar Keberhasilan Presidensi G20 Indonesia: Sebuah Catatan Pasca-KTT G20 di Bali Kredit Foto: Antara
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Perhelatan G20 mendapat kesan positif, kata Rektor Universitas Paramadina Didik J. Rachbini. Pertemuan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT G20) sangat meriah terutama pentas seni dari satu acara ke acara lainnya.

        Pertemuan KTT G20, sambung Didik, sangat meriah seperti acara puncak penyerahan piala Oscar dengan tokoh-tokoh dan bintang-bintang idola yang terkenal. Bahkan, pertemuan ini lebih dari pesta para bintang film tersebut.

        Baca Juga: Xi Jinping dan Joe Biden Capai Konsensus Utama di KTT G20, China Lakukan Ini

        "Tidak bisa dipungkiri bahwa KTT G20 adalah usaha yang bersifat global untuk membangun jembatan komunikasi, kerja sama, perdamaian, dan kesejahteraan bagi dan antar 20 negara besar tersebut,"kata Didik.

        Ia menambahkan, peristiwa ini sangat penting sebagai fondasi kerja sama global antarbangsa, khususnya 20 negara besar tersebut. Selain itu, juga terjalinnya kerja sama lebih luas dengan negara-negara lainnya, dengan harapan dinamika ekonomi, perdagangan, investasi, dan ekonomi secara keseluruhan terus berkembang didorong oleh kekuatan kumpulan ekonomi besar (large economy) 20 negara ini.

        Namun, politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu pun melihat sisi yang lebih bersifat kritis apakah pertemuan para tokoh dan bintang tersebut bermanfaat untuk bangsa-bangsa dan dapat memecahkan masalah global yanhg paling berat.

        "Untuk menjawab iya, kita masih ragu. Masalah paling krusial soal perang sama sekali tidak disentuh dan para pempimpin itu semua tidak mampu menyelesaikan masalah ini. Ini masalah berat yang ada di depan mata seluruh pimpinan 20 negara tersebut," tegasnya.

        Didik menilai, masalah paling utama di kancah global ini tidak terpecahkan dalam KTT tersebut. Bahkan usaha untuk menyesaikan masalah tersebut bisa dikatakan absen. 

        "KTT ini bisa dikatakan tidak bermakna sebagai solusi konflik Rusia-Ukraina, yang dampknya sangat luas dan bersifat semesta global," imbuhnya.

        Namun, kata dia, apakah pantas mempertanyakan dan mengharap KTT tersebut dan para pimpinannya ambil bagian dari upaya perdamaian da  bisa menyelesaikan masalah perang Rusia Ukraina tersebut.

        "Jawabannya bisa dikatakan bahwa pertanyaan tersebut berlebihan. Tetapi jika di balik lagi, siapa lagi pempimpin yang lebih kuat dari kumpulan pimpinan negara-negara G20 tersebut? Jadi, publik wajar dan layak kritis untuk mempertanyakan masalah paling kritis seperti ini," terang Didik.

        Pria yang pernah diusung mendampingi Hidayat Nur Wahid dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2012 itu mengatakan, KTT G20 bersifat sebagai fondasi dan bahkan jembatan komunikasi antar bangsa dan para pemimpinnya.

        "Pertemuan tersebut layak disebut baik dan positif untuk semua. Tetapi jika berhenti pada pertemuan itu saja, maka  jauh dari memadai dan tidak cukup sebagai solusi masalah-masalah bersama," tuturnya.

        Baca Juga: Jokowi Tegaskan Gala Dinner G20 Tak Pakai Pawang Hujan: Kita Gunakan Rekayasa Cuaca

        Didik menambahkan, seperti membangun rumah jika cuma fondasi dan tiang-tiangnya saja, tidak berguna untuk tempat tinggal, tidak berfungsi sebagai sulisi meski mengeluarkan biaya banyak untuk pertemuan. Karena itu harus ada kerja turunannya di level menteri, gubernur, pengusaha, dan lain-lain.

        Jika, soal krusial perang tidak bisa selesai di KTT ini, maka kerja sama ekonomi paling penting untuk ditindaklanjuti pasca-pertemuan ini, sebab 20 negara ini dikumpulkan karena ukuran ekonominya. Sebagai contoh transisi ekonomi hijau yang ditawarkan Presiden Joe Biden perlu tindak lanjut denan harapan ada keuntungan ekonomi indonesia dan mitranya AS.

        "Juga kebijakan friend shoring perlu ditanggapi lanjutan. Tapi pemerintah kan tidak mengerti apa kebijakan yang ditawarkan negaa mitranya. Buktinya tidak satu pun menteri menjawab soal ini, friend shoring dan ekonomi hijau," katanya, memaparkan.

        "Jika perdagangan di investasi tidak naik signifikan, maka pertemuan KTT Bali cuma menghabiskan biaya dan cuma kumpul-kumpul mahal pejabat dan pimpinan negara yang tergabung dalam forum G20 tersebut," tegas Didik.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Muhammad Syahrianto

        Bagikan Artikel: