Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        CENTRIS Sebut Perlakuan Beijing hanya untuk Kepentingan China

        CENTRIS Sebut Perlakuan Beijing hanya untuk Kepentingan China Kredit Foto: Reuters/Thomas Peter
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        China International Development Cooperation Agency (CIDCA), sebuah organisasi yang berhubungan dengan Kementerian Luar Negeri China, mengadakan pertemuan Forum China-Indian Ocean Region on Development Cooperation beberapa waktu lalu, yang digelar di Provinsi Yunnan.

        Mantan Duta Besar China untuk India 2016-2019, Luo Zhaohui, didaulat Beijing untuk menjadi Ketua CIDCA. Pemerintah China mengklaim, perwakilan dari 17 negara dan tiga organisasi internasional menghadiri pertemuan tersebut secara virtual. 

        Negara-negara tersebut antara lain Indonesia, Pakistan, Myanmar, Sri Lanka, Bangladesh, Nepal, Afghanistan, Iran, Oman, Afrika Selatan, Kenya, Mozambik, Tanzania, Seychelles, Madagaskar, Mauritius, dan Djibouti. 

        Australia dan Maladewa yang telah mendapat undangan dari China, memilih untuk tidak menghadiri pertemuan tersebut, meskipun China menyatakan bahwa perwakilan kedua negara menghadiri pertemuan tersebut. 

        Namun kemudian, negara-negara tersebut mengeluarkan pernyataan pers yang mengklarifikasi bahwa perwakilan mereka pada pertemuan tersebut tidak resmi. Anehnya, India tidak diundang dan hal ini disangkal Beijing yang mengaku telah mengirim surat ke Pemerintah India di New Delhi.

        Melihat hal ini, Center for Indonesian Domestic and Foreign Policy Studies (CENTRIS) menilai wajar jika dunia berpandangan bahwa pengecualian India dan beberapa negara dalam forum CIDCA, sebagai rencana permainan Beijing untuk menciptakan pengaruh strategis Tiongkok. 

        “Banyak negara dunia yang melihat perlakuan Beijing ini untuk kepentingan pribadi China, bukan mempromosikan pembangunan negara-negara di kawasan dan perdamaian di Samudera Hindia,” kata Peneliti Senior CENTRIS, AB Solissa kepada wartawan, Selasa, (20/12/2022).

        Padahal, lanjut AB Solissa, Ketua CIDCA, Luo Zhaohui dalam pidatonya menggarisbawahi bahwa Samudra Hindia menghubungkan Asia, Afrika, dan Oseania dan berfungsi sebagai jendela serta rute penting yang menghubungkan Tiongkok ke negara-negara di kawasan ini ke seluruh dunia.

        Loyalis Xi Jinping menambahkan, China akan memperkuat kerja sama dengan negara-negara di kawasan Samudera Hindia untuk menumbuhkan ekonomi biru, dan memajukan implementasi Inisiatif Pembangunan Global di kawasan tersebut. Akan tetapi, Beijing tidak dapat menutupi Dengan latar belakang kemunduran pengaruh China di beberapa kawasan termasuk di Sri Lanka dan Pakistan.

        “Masyrakat internasional memandang Forum Kawasan China-Samudra Hindia ini merupakan upaya nyata Beijing untuk merebut kembali pengaruhnya di beberapa wilayah yang hilang tersebut,” tutur AB Solissa.

        Mengingat sejarah investasi Tiongkok di kawasan tersebut, pertemuan ini dapat dianggap sebagai upaya ekspansionis lainnya oleh Beijiny untuk memperkuat kehadirannya di Kawasan Samudera Hindia (IOR), dengan berinvestasi di pelabuhan dan infrastruktur di negara-negara IOR, khususnya di Asia Selatan.

        “CIDCA yang merupakan badan resmi China, jelas didirikan dengan maksud untuk melawan pengaruh kuat yang dipegang India di Indian Ocean Rim Association (IORA) yang memiliki 23 negara anggota dan mengakar kuat di wilayah tersebut,” jelas AB Solissa.

        China diperkirakan akan meluncurkan lebih banyak inisiatif seperti CIDCA di masa depan, meskipun China jauh dari kata memiliki kapasitas penuh untuk mengarahkan gerakan tersebut.

        CIDCA juga dipandang sebagai upaya Beijing untuk bersaing dengan bantuan Amerika Serikat, dimana Tiongkok fokus memberikan bantuan khusus pada negara-negara pesisir. 

        China menggunakan program Belt and Road Initiative, sehingga bantuan Beijing terlihat sangat menggiurkan megara-negara penghutang, sehingga terus-terusan berutang dengan Tiongkok.

        “Tanpa disadari negara-negara penerima bantuan seperti Sri Lanka, Myanmar, Bangladesh serta Pakistan, telah terperangkap jebakan utang China dan melihat CIDCA dengan harapan mendapatkan pinjaman lebih lanjut,” tutur AB Solissa.

        Cakupan inisiatif ini bukan hanya ekonomi karena laporan media menunjukkan bahwa Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat sudah memetakan IOR menggunakan seri kapal pelacak luar angkasa Yuan Wang untuk survei strategis. 

        Sebagai imbal balik, negara-negara penghutang seperti Sri Lanka diyakini memberikan dukungan logistik penting untuk pertumbuhan jejak angkatan laut China di wilayah tersebut, melalui pelabuhan Hambantota yang disewakan ke Beijing selama 99 tahun. 

        Selain itu, Angkatan Laut PLA sudah memiliki pangkalan angkatan laut di Djibouti. China telah berulang kali menekankan bahwa Samudra Hindia bukanlah samudra India. 

        “Kita menduga China telah mempertimbangkan semua perkembangan dalam beberapa bulan terakhir, sehingga cukup jelas bahwa Beijing bertekad untuk memperluas pengaruh ekonomi, militer, dan politiknya di wilayah tersebut,” jelas AB Solissa.

        Dalam keadaan seperti ini, mencoba mendominasi kawasan Samudera Hindia tidak akan menjadi tugas yang mudah bagi China.

        Selain itu, Amerika Serikat melalui sejumlah prakarsa seperti Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik berusaha untuk mengintegrasikan dirinya secara erat di kawasan ini dengan negara-negara lainnya.

        “Di beberapa forum, China juga tidak menyertakan India dan negara-negara besar lainnya yang memiliki keterlibatan mendalam dengan negara-negara kawasan Samudeta Hindia yang menunjukkan bahwa  China menganggap mereka sebagai saingan yang dapat melawan rancangan strategisnya di wilayah tersebut,” pungkas AB Solissa.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: