Muslim Tak Boleh Ikut Misa Natal, Menag Yaqut: Sebagai Menag Semua Agama, Saya Hadiri Natal Boleh

Menurut Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas, dalam kegiatan keagamaan di semua agama, ada dimensi riligius atau ritual, dan ada dimensi sosial. Hal itu disampaikannya saat menyapa umat Kristiani yang tengah merayakan Natal di Gereja Katolik St. Maria Immaculata, di Mataram, Nusa Tenggara Barat.
"Misa bagian dari dimensi ritual religius. Saya sebagai muslim, tidak akan ikut misa Natal," tegas Gus Yaqut, sapaan menag, saat menyampaikan sambutan di depan seribu lebih jemaah umat Katolik dan Kristen, di Gereja Katolik St. Maria Immaculata, Mataram, Senin (26/12) malam.
Baca Juga: Omongan Menag Yaqut Langganan Jadi Kontroversi, 'Jokowi Pilih Menteri Gak Ada yang Beres'
Namun, lanjutnya, dalam ritual sosial, sebagai warga negara, apalagi sebagai menteri semua agama, tidak hanya satu agama, dia ikut hadir dalam perayaan Natal umat Katolik dan Kristen, itu boleh saja. Kondisi ini, kata Menag Yaqut, sama halnya saat umat muslim merayakan Idulfitri.
Umat selain muslim, tidak perlu melakukan salat Idulfitri. Kalau ada umat lain ingin silaturahmi dan halalbihalal, saling memaafkan, itu tidak masalah. Di hadapan umat Kristiani, Menag Yaqut berbagi cerita bahwa pada malam nNtal 2022, dirinya menyapa umat Katolik di Gereja Paroki St. Yoseph Naikoten, Kota Kupang, NTT.
Mayoritas penduduk NTT beragama Katolik dan Kristen. Sehari setelahnya, Menag menyapa umat Kristiani di NTB, provinsi dengan mayoritas penduduk muslim.
"Saya bersyukur, dua tempat yang saya tinjau perayaan Natalnya, semua dalam keadaan aman dan nyaman. Tentu ini berkat kerja keras semua pihak, terutama kepolisian, dalam memberikan rasa aman bagi umat dalam beribadah," tuturnya.
Dia berharap ini menjadi gambaran bagaimana masyarakat, terutama di NTT dan NTB sudah makin dewasa dalam menyikapi setiap perbedaan. Menurut Menag Yaqut, Indonesia memiliki banyak keberagaman, termasuk dalam agama. Tidak ada Indonesia, jika tidak ada Islam. Tidak ada Indonesia, jika tidak ada Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu, dan agama-agama lokal lainnya.
Sebab, Indonesia dimerdekakan oleh semua kelompok agama, bukan hanya satu kelompok agama saja. "Tidak boleh satu kelompok agama mengeklaim bahwa mereka paling berjasa dan berhak atas negeri ini," tuturnya.
Menag mengajak umat beragama untuk memperkuat dan memperkokoh tekad bersama dalam menjaga keragaman dan kebhinekaan Indonesia. "Berbeda itu tidak dilarang. Perpecahan itu yang harus dihindari. Jangan pernah lelah mencintai Indonesia. Selamat Natal 2022 dan selamat tahun baru 2023," pungkas Menag Yaqut Cholil Qoumas.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Tag Terkait: