Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Tidak Bergeser dari Zona Hijau, IHSG Menguat 0,80% pada Penutupan Sesi Kedua

        Tidak Bergeser dari Zona Hijau, IHSG Menguat 0,80% pada Penutupan Sesi Kedua Kredit Foto: Antara/Puspa Perwitasari
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Sejak pembukaan sesi pertama sampai penutupan sesi kedua ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak keluar dari zona hijau. IHSG terpantau menguat 0,80% atau setara dengan penambahan 54,12 poin ke level 6.819,90.

        Melansir data RTI Business, diketahui terdapat 294 saham naik, 217 saham turun, dan 198 saham stagnan. IHSG mencatatkan angka fantastis, yaitu 6.820,98 sebagai level tertinggi dan 6.754,55 sebagai level terendah. 

        Baca Juga: Cetak Rapor Hijau, IHSG Menguat 0,54% pada Jeda Sesi Pertama

        Per sore hari ini, IHSG memperdagangkan 18,41 miliar lembar saham sebanyak 1.113.514 kali. Adapun nilai transaksi harian yang berhasil dicetak adalah Rp8,69 triliun.

        Sementara itu, keempat bursa Asia lainnya menunjukkan pergerakan yang variatif. Nikkei terpantau melemah -1,44%; Hang Seng terpantau melemah -0,22%; Shanghai terpantau melemah 0,49%; sedangkan Straits Times terpantau melemah -0,33%.

        Baca Juga: IHSG Awali 19 Januari 2023 dengan Terapresiasi 0,11%

        Sebagai tambahan, pada tahun 2022 lalu, pasar saham Indonesia menjadi primadona di kalangan investor. Berdasarkan data yang dirilis oleh PT Schroder Investment Management, investor asing berkontribusi melalui inflow sebesar Rp61 triliun untuk menopang pasar saham Indonesia, sedangkan investor lokal diketahui telah banyak mengantongi uang tunai sehingga bisa menjadi amunisi untuk mendukung perdagangan pada tahun 2023. 

        Baca Juga: Pertumbuhan PDB Diprediksi Masih Tembus 5%, Schroder: Indonesia Tetap yang Terkuat di 2023

        Selain itu, meskipun tidak secerah tahun 2022, pihak Schroder optimistis bahwa tahun 2023 akan tetap menjadi tahun yang solid bagi pasar saham Indonesia. Faktor pendukung optimisme tersebut adalah adanya perkiraan normalisasi harga komoditas, pertumbuhan PDB, dan inflasi yang lebih rendah dari ekspektasi.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Yohanna Valerie Immanuella
        Editor: Yohanna Valerie Immanuella

        Bagikan Artikel: